PWMU.CO – Peran Pemuda Muhammadiyah memakmurkan masjid disampaikan Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Tajun Nasher Lc.
Tajun menyampaikan itu saat hadir pada Tabligh Akbar dan Buka Bersama di Masjid at-Taqwa Cangaan. Penyelenggaranya Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Cangaan, Ahad (31/3/2024).
Sebanyak 400an warga Muhammadiyah menghadiri acara ini. Yakni dari unsur Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, serta siswa MI Muhammadiyah 5 dan TK Aisyiyah 19.
Tajun memulai penjelasannya dengan menyampaikan, “Bulan Ramadhan yang sudah masuk pada 10 hari akhir. Maka ada tiga perkara yang harus dilakukan oleh umat Islam.”
Pertama, menghidupkan malam Ramadhan dengan qiyamullail atau shalat tarawih dan iktikaf. Yakni berdiam diri di dalam masjid dalam keadaan suci dengan niat fokus ibadah dan tanpa dibatasi waktu.
Kedua, tidak berkumpul dengan istri. Ketiga, membangunkan keluarga untuk ibadah kepada Allah.
“Adapun peran pemuda Muhammadiyah dalam memakmurkan masjid seperti perumpamaan pohon yang mengeluarkan tunasnya. Semakin lama, tumbuh besar dan semakin kuat,” ujarnya.
“Sahabat yang membela Nabi Muhammad Saw awalnya sedikit, tapi secara kualitas sangat hebat. Sehingga saat terjadi perang Badar antara kaum muslimin yang berjumlah 300 orang dengan kaum kafir Quraisy yang berjumlah seribu orang, dimenangkan oleh kaum muslimin,” terangnya.
Inspirasi Ashabul Kahfi
Tajun lantas menceritakan kisah inspiratif tentang pemuda Ashabul Kahfi dalam al-Quran. Mereka mempertahankan keimanannya di tengah kondisi penguasa dan masyarakat yang menyembah berhala.
“Pemuda Ashabul Kahfi merupakan anak beberapa pejabat tinggi kerajaan yang berjumlah sebanyak tujuh orang. Mereka gelisah melihat semua warganya menyembah berhala dan membuat mereka akhirnya suka menyendiri pergi ke gua meninggalkan semua fasilitas kemewahan dari istana,” terangnya.
Saat ketujuh pemuda Ashabul Kahfi hadir bersama di gua tersebut, lanjut Tajun, Allah SWT membuat mereka tertidur selama 309 tahun. “Mereka dibangunkan kembali seperti kondisi semula sebelum tertidur pada masa penguasa dan warganya yang beriman kepada Allah,” imbuhnya.
Dari kisah itu, Tajun mengungkap pelajaran yang dapat menjadi pedoman nilai kehidupan. Pertama, uzlah. “Menyendiri karena kondisi yang tidak kondusif untuk mempertahankan keimanan,” ungkapnya.
Kedua, kekuatan mempertahankan keimanan dengan mengikrarkan keteguhan keimanan terhadap Tuhan seluruh langit dan bumi yakni Allah SWT.
Seiring berjalannya waktu, lanjut Tajun, menjaga keteguhan iman itu akan mendapatkan buah keimanan. Ia mengungkapkan tiga buah keimanan tersebut.
Pertama, kuat teguh menjaga mempertahankan keimanan. Kedua, dapat menjalankan ibadah dan amal shaleh dengan terasa ringan dan ridha hati. Ketiga, zuhud dalam mengejar urusan dunia.
“Sehingga apabila para pemuda itu tumbuh dalam iklim ibadah dan hatinya tergantung di masjid, maka makmurlah masjid itu seperti tujuh golongan yang mendapat naungan perlindungan Allah dari siksa api neraka,” tutupnya. (*)
Penulis Muhammad Khoirum Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni