PWMU.CO – Anak yatim penerima program Bedah Rumah Lazismu Sidoarjo masuk Unesa dengan beasiswa KIP. Ialah Vidi Nur Aini, perempuan berusia 20 tahun, putri dari Emi Mariam. Mereka hidup berdua sejak ayahnya meninggal tiga tahun lalu pada masa Covid.
“Dulu rumah saya kalau hujan gembrojok, terutama yang bagian depan. Kayu reng atap rumah ambruk karena sudah rapuh, maklum rumah lama tinggalan orang tua. Gentengnya banyak yang mlorot. Saya tidak ada biaya untuk memperbaiki,” cerita Emi kepada PWMU.C0 saat berkunjung ke rumahnya, di Desa Boro, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Senin (15/4/2024).
Beruntung ada tetangga yang mengetahui hal tersebut dan membantu mengajukan program bedah rumah ke Lazismu Sidoarjo. Program bedah rumah adalah pilar sosial kemanusian yang bertujuan untuk membantu memperbaiki atau merenovasi rumah keluarga kurang mampu secara ekonomi.
Dari program ini, harapannya bisa membantu keluarga yang membutuhkan bantuan agar bisa menempati rumah yang layak huni. Sehingga rumah dapat berfungsi sebagai tempat tinggal yang baik dan tempat berlindung bagi keluarga.
“Alhamdulillah, rumah sekarang tidak bocor dan air hujan tidak membanjiri seluruh ruangan lagi. Karena atapnya sudah diperbaiki oleh Lazismu Sidoarjo, Aini bisa belajar dengan tenang,” tambah perempuan berusia 50 tahun itu.
Emi, selalu memberikan dorongan agar putri semata wayangnya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ketika bapaknya meninggal, Aini tidak ingin melanjutkan sekolah karena kasihan ibunya yang bekerja banting tulang untuk membiayai kuliahnya.
“Kula tirakat, pengin Nduk saget sekolah, mboten kados kulo namung lulus SD, saben dinten kulo usahaken jam 2 dalu nyuwun dateng gusti Allah, Senin Kamis kulo siyam,” ujarnya.
Artinya, ia berusaha keras mewujudkan keinginannya agar anak perempuannya bisa sekolah, tidak seperti dirinya yang hanya lulus SD. Tiap hari, jam 2 dini hari, ia bangun untuk mendirikan shalat tahajjud dan tiap Senin-Kamis ia berpuasa. Sambil menyusut air mata dengan punggung tangannya, Emi menceritakan kisah putri semata wayangnya ragu untuk melanjutkan kuliah karena kondisi ekonomi keluarga.
Menurutnya untuk pendidikan putri tunggalnya, ia melakukan pekerjaan apapun asal halal. Usai tahajud, ia lanjut bekerja mengojek, mengantar tetangga kulakan di pasar. Pulangnya selepas Subuh. Setelah beberes rumah, pukul 06.00 WIB berangkat bekerja untuk momong anak tetangga.
Penghasilan yang diperoleh selalu dia sisihkan, ditabung untuk kebutuhan pendidikan. “Kula sujud syukur, anak kula saget ketampi kuliah,” kenangnya saat tahun lalu (2023) Aini diterima kuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Aini diterima kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis melalui jalur Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Pengajuan beasiswa program Kartu Indonesia Pintar (KIP) disetujui pihak kampus. (*)
Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni