PWMU.CO – Perbedaan rabbaniyyun dan ramadhaniyyun menjadi bahasan halal bihalal SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo (Miosi), Kamis (18/4/2024).
Acara berlangsung di Masjid Miosi dengan mengundang penceramah Sekretaris PDM Sidoarjo Burhanuddin SThI MPd.
Burhanuddin menjelaskan, perbedaan rabbaniyyun dan ramadhaniyyun. “Kalau ramadhaniyyun ketika bulan Ramadhan sangat khusuk dan alim, kalau rabbaniyyun, baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan tetap menjadi hamba Allah yang bertakwa,” jelasnya.
Dia menambahkan, bulan Ramadhan sebagai bulan pelatihan. Diharapkan bisa menjadi orang bertakwa di bulan-bulan setelahnya.
Dia mengingatkan untuk mengganti puasa yang masih bolong dan memanfaatkan kesempatan puasa Syawal.
Puasa Syawal boleh didahulukan daripada mengganti puasa Ramadhan.
“Menurut Majelis Tarjih, boleh puasa Syawal dulu baru mengganti, karena bulan Syawal hanya satu bulan saja. Puasa Syawal selama enam hari pahalanya seperti puasa satu tahun penuh. Ayo kita mulai puasa Syawal,” ajaknya.
Dia memaparkan ciri-ciri orang bertakwa sesuai surat Ali Imran ayat 133-135.
Sesuai ayat tersebut ditinjau dari sisi sosial ciri pertama, orang-orang yang mau bersedekah kondisi lapang dan sempit.
“Siapa yang selalu menyisahkan uang jajannya untuk infak? Siapa setiap Jumat mengisi infak Jumat dari uang sakunya, tidak meminta lagi ke orang tua? Sedekah itu bisa dengan empat ta. Harta, tahta, kata, dan cinta,” ungkapnya.
Ciri kedua, menahan amarah. Dia mencontohkan, banyak anak SMP yang sudah terlibat kasus tawuran karena tak bisa menahan amarah. Kalau sampai terlibat, yang dipanggil orang tua, betapa malunya orang tua.
”Satu amarah bisa meruntuhkan kemulian-kemuliaan yang lain. Secara medis, orang yang suka marah akan mudah dihinggapi penyakit hipertensi,” tandasnya.
Ciri ketiga, memberi maaf kepada orang lain.
“Orang pemaaf wajahnya akan banyak senyum dan ceria terus. Allah sangat mencintai orang yang berbuat kebaikan, bukan generasi yang membuat kerusakan. Ada satu anak berbuat kerusakan semua terkena, siapa nama orang tuamu, sekolah di mana,” jelasnya.
Penulis Mahyuddin Syaifulloh Editor Sugeng Purwanto