PWMU.CO – Retak parah akibat gempa Bawean (22/3/2024), Masjid as-Shalihin yang lama dibongkar, Sabtu (20/4/2024).
Masjid itu merupakan amal usaha Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sangkapura Bawean. Lokasinya di Dusun Pateken, Desa Kotakusuma, Kecamatan Sangkapura, Bawean, Kabupaten Gresik.
Ketua PCM Sangkapura Hairudin SPd MPd mengumumkan rencana pembongkaran ini sesaat setelah pelaksanaan Shalat Jumat (19/4/2024) di Masjid as-Shalihin baru. Hairudin mengimbau jamaah dan simpatisan Muhammadiyah untuk bersama-sama bergotong-royong membongkar Masjid as-Shalihin yang lama esok hari.
Akhirnya Sabtu (20/4/2024) pukul 07.30 WIB waktunya memulai pembongkaran masjid. Sekitar 40 anggota dan simpatisan Muhammadiyah, juga sepuluh orang tukang telah hadir untuk membongkar masjid tersebut.
Ketua Takmir Masjid as-Shalihin Mohammad Jakfar mengatakan, Masjid as-Shalihin yang lama ini perlu segera dibongkar karena kondisinya mengkhawatirkan. “Struktur bangunan setelah terkena gempa banyak yang retak parah sehingga rawan roboh,” ujarnya.
Sementara persis di sebelah barat masjid lama itu ada gedung SD Muhammadiyah 1 Bawean (SD Mutu Bawean) yang memiliki 100 siswa. Bangunan sekolah tiga lantai itu persis di sebelah selatan masjid as-Shalihin yang baru.
Masjid as-Shalihin lama sudah sejak setahun lalu tidak ditempati shalat berjamaah. Aktivitas shalat berjamaah sudah berpindah di masjid yang baru, dibangun hanya berjarak beberapa meter saja di sebelah barat masjid lama.
Masjid as-Shalihin lama ini menurut Jakfar ialah masjid yang penuh kenangan. “Usia bangunannya sudah 50 tahun lebih. Beberapa kali pernah mengalami renovasi untuk memperluas bangunan,” kenangnya.
Jakfar lantas menceritakan asal nama Masjid itu bernama as-Shalihin. “Karena saat awal-awal Muhammadiyah berdiri di Sangkapura Bawean, shalat berjamaah warga Muhammadiyah ditampung di rumah Pak Shaleh, di Dusun Pateken, Desa Kotakusuma, Kecamatan Sangkapura,” terangnya.
Ia lanjut mengenang, “Sempat waktu itu, saat akan melaksanakan Shalat Jumat di rumah Pak Shaleh, warga Muhammadiyah diancam akan diserang dan dibunuh oleh warga setempat. Untung saja peristiwa itu tidak terjadi, karena ada beberapa tokoh Muhammadiyah yang terkenal sebagai pendekar dan juga ada yang menjadi polisi berhasil menggagalkan niat buruk itu.”
Usut punya usut, ternyata di balik rencana penyerangan itu, ada seseorang yang memprovokasi warga lokal untuk memusuhi warga Muhammadiyah. “Ternyata provokator itu adalah orang PKI (Partai Komunis Indonesia),” ujar Jakfar. (*)
Penulis Kemas Saiful Rizal Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni