PWMU.CO – Idealnya, pergi haji itu di usia muda, yang masih enerjik dan sehat. Sebab, haji termasuk ibadah fisik yang membutuhkan stamina prima. Tapi yang ideal bukan selalu yang terjadi di lapangan. Nyatanya, banyak jamaah haji yang sudah berusia lanjut—yang sering kali di lapangan menimbulkan problem tersendiri. Seperti peristiwa yang terjadi berikut ini.
Seorang kakek membikin heboh bus “Shalawat” nomor 8 yang kami tumpangi. Waktu itu kami harus kembali dari Masjid Alharam menunju maktab (hotel) usai melaksanakan shalat Isya, Kamis (24/8) malam.
(Baca:Kedinginan padahal Suhu 41 Derajat Celsius dan Meski Berada di Saudi, Jangan Kearab-araban…)
Seperti sudah diatur PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Arab Saudi, bus bernomor 8 adalah untuk transportasi jamaah haji yang tinggal di wilayah Syisyah 2 – Syib Amir atau dikenal dengan sektor 7.
Dan untuk memudahkan, semua hotel di sektor 7 diberi nama (nomor) awal sesuai sektor, seperti hotel 717 yang kami tempati.
Nah, kakek yang mengaku bernama Muin dan berasal dari Lampung itu masuk bus tersebut untuk mencari hotel 517. Tentu saja membuat kami kaget. Pasti kakek itu salah. Sebab, bus 8 bukan melayani jamaah di hotel dengan nomor berawalan 5 atau sektor 5. Tapi Muin ngeyel, katanya dia sudah benar masuk bus tersebut.
(Baca juga: 1 Riyal = Rp 3.700 yang Bikin Kaget Jamaah Haji India)
Beberapa penumpang yang masih muda segera sigap. Sebagian menanyakan kartu bus pada Muin. Sayang, kakek yang diperkirakan berumur lebih dari 70 tahun itu tidak membawa apa-apa. Padahal, setiap jamaah haji dilengkapi dengan kartu bus dan identitas lainnya.
Penumpang lain membantu melacak info di internet, sebenarnya hotel 517 itu ada di mana, masuk kloter berapa, dan dari embarkasi mana? Ternyata, hasil pencarian nihil. Hotel dengan 517 tidak terlacak. Alias tidak ada.
Kakek Muin ditanya lagi, “Benar nomor 517, bukan 715?” Sebab saat dilacak di internet, hotel 715 benar ada dan termasuk di sektor 7, yang menampung jamaah melalui Embarkasi Jakarta (termasuk dari Lampung). Tapi Muin tetap bersikeras, bahwa dia menginap di hotel nomor 517.
(Baca juga:3 Jam sebelum Jumatan, Masjid Alharam Sudah Penuh)
Beberapa penumpang baru sadar ternyata kakek tersebut ditemani istrinya. Sejak ribut-ribut tadi, nenek ini memang diam saja. Tapi, benar, di tas nenek tersebut terdapat kartu bus bernomor 8. Artinya Muin dan istrinya sudah benar masuk bus 8. Tapi kok nomor hotelnya 517. Tidak klop.
Penumpang tanya lagi. “Bapak di hotel 715 ya, bukan 517?” Tapi Muin tetap bersikeras 517. Tiba-tiba seorang ibu nyletuk, “Waktu masuk bus pertama kali, dia tadi menanyakan hotel 715.
Oh, jadi terbalik. Bukan 517, tapi 715. Kalau nomor itu sih tetangga hotel Kek. Maka kami pun akhirnya turun bus bareng kakek: menunjukkan hotel 715 yang dimaksud.
Ah, ada-ada saja. Beginilah jika berhaji saat sudah berusia senja. Gampang terserang pikun. (Mohammad Nurfatoni)