PWMU.CO – Warga membanjiri acara halalbihalal Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tuban, Ahad (21/4/2024).
Sebanyak dua ribu warga Muhammadiyah hadir di SMP Muhammadiyah 7 Merakurak Tuban tempat acara halalbihalal.
Peserta berasal dari jajaran PDM, PDA, PCM, PRM, Ortom, dan AUM. Termasuk guru SMPM 7 Merakurak. Jumlah ini membeludak mengingat awalnya panitia hanya menyiapkan 1.200 kursi.
Turut hadir dalam kegiatan ini perwakilan pemerintah daerah, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia, Nahdlatul Ulama (NU), Muslimat, Dewan Dakwah Islam Indonesia, Majelis Ulama Indonesia, serta tokoh masyarakat.
Ketua PDM Tuban Masrukhin dalam sambutannya mengajak seluruh masyarakat untuk merajut ukhuwah dan kebersamaan mewujudkan masyarakat berkemajuan.
Dia juga menginformasikan di SMPM 7 ini ada wacana mengembangkan pondok pesantren.
Karena itu dia mengajak semua warga dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) turut membesarkan bersama.
“Karena semua itu kalau menjadi besar untuk membantu gerakan dakwah Muhammadiyah sesuai tujuan AD-ART Muhammadiyah. Yaitu gerakan Islam, gerakan dakwah amar makruf nahi munkar,” terangnya.
Menurut Masrukhin, ini menunjukkan semua amal usaha bukan memperkaya diri tetapi semuanya adalah untuk Islam, untuk Allah SWT.
Kekuatan Muhammadiyah
PDM Tuban menghadirkan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Sholihin Fanani MPSDM di acara ini.
Sholihin menyampaikan, Muhammadiyah menjadi masyarakat terbaik yaitu khairu ummah. Menjadi sebaik-baik umat dengan memiliki lima kekuatan.
Lima kekuatan itu dia menguraikan, pertama, prinsip dan gerakannya. “Bahwa Muhammadiyah gerakan Islam dakwah amar makruf nahi munkar yang berdasar kepada al-Quran dan as-Sunnah,” ujarnya.
Kedua, sumber daya manusia (SDM) yang terletak pada ide dan gagasannya.
Ketiga, sistem organisasi.
Keempat, kiprah dakwah. “Dakwah ada banyak cara. Tidak hanya dengan ceramah melainkan bisa dengan tulisan dan tindakan memberi contoh yang baik,” ungkapnya.
Kelima, kiprah amal usahanya dalam bidang pendidikan.
Sholihin lantas menekankan masing-masing pimpinan harus melahirkan, menciptakan seorang mubaligh.
Mengader putra-putrinya, keponakan atau cucu, bahkan tetangganya menjadi kader mubaligh. Karena itu sering-sering mengadakan pelatihan mubaligh. (*)
Penulis Sulistyowati Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Sugeng Purwanto