PWMU.CO – Guru Spemdalas Ichwan Arif SS MHum memberi tips menulis di kegiatan Spritual Journey (Suju) Ke-6 SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB Gresik Jawa Timur di Dusun Kampak Desa Jegreg Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan, Selasa (30/4/2024).
Di hadapan peserta, pada awal materinya guru bahasa Indonesia SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik Jawa Timur ini menjelaskan perihal bagaimana menghadirkan keunikan dalam setiap keunikan sehingga karya tulis kita benar-benar dinanti dan ditunggu pembaca.
“Keunikan ini sangat penting. Hal ini sangat dibutuhkan sehingga tulisan kita akan memiliki ciri khas dan disukai pembaca,” katanya.
Dia menuturkan, apapun genre tulisan kita, baik itu cerpen, novel, roman, biografi, autobiografi, opini, artikel, karya tulis, maupun skrip film pendek, tulisan kita harus memiliki keunikan.
“Kalau tulisan kita biasa-biasa saja, judulnya biasa-biasa saja, materinya itu-itu saja, tidak ada keunikan, maka pembaca juga tidak akan melirik tulisan kita. Kalau sudah tidak dilirik, tentu saja nggak akan dibeli dan dibaca,” jelasnya.
Dalam menulis, tegasnya, ada 3 tips yang bisa dipraktikan kita sebagai penulis awal. Pertama, kuasai diri. Dalam kuasai diri ini, kita harus memiliki keberanian bilang bahwa menulis itu mudah.
“Ada keberanian bilang tulisan kita bagus dengan revisi. Dengan begitu kita memiliki semangat ketika tulisan kita dikata kurang menarik dan mau untuk memperbaiki supaya tulisan kita semakin baik lagi,” ungkapnya.
Dalam tips pertama ini, sambungngnya, kita juga memiliki keberanian menghadirkan rest area menulis dalam diri. Syaratnya 3 M, yaitu menulis, menulis, dan menulis.
“Kita memiliki keberanian unjuk diri, meskipun dengan cibian, makian, kritikan pedas. Itu semua dijadikan itu sebagai motivasi untuk merevisi karya,” katanya.
Kedua, menghadirkan mentor. Mentor itu adalah sosok guru. Kita bisa banyak belajar tentang gaya kepenulisan, cara menyampaikan, sampai dengan gaya bahasanya.
“Dengan menghadirkan mentor, selain kita bisa mengetahui karier dalam kepenulisannya, kita juga bisa belajar tentang hidup dia. “Bagaimana dia mengawali karier menulisnya, bagaimana susahnya naskah tulisannya ditolak penerbit, sampai bagaimana cara dia bangkit sampai namanya tenar di dunia tulis-menulis di Indonesia bahkan dunia,” jelasnya.
Ketiga, ruang kreasi. Dalam tips ketiga ini, penulis buku Merawat Singa Kreatif ini mengatakan penulis itu suka membaca untuk mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru sebagai referensi tulisannya.
“Bisa membaca sekitar kita maupun buku-buku dari segala bidang. Ini sebagai proses menguatkan literasi dan juga ilmu menulis,” ucapnya.
“Yang tidak kalah pentingnya adalah, ketika kita memiliki ide cemerlang yang muncul tiba-tiba, maka seorang penulis harus cepat menangkapnya. Caranya tulis menjadi cacatan kaki atau kecil, bisa di buku atau gawai kita. Ide itu sangat mahal harganya, maka jangan sampai hilang percuma,” tekannya. (*)
Penulis Fitri Wulandari. Editor Ichwan Arif.