PWMU.CO – Pengajian PCM Babat digelar Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat di Masjid Almarwah Ngetrep, Gilang, Babat, Lamongan, Jawa Timur, Jumat (3/5/2024).
Ketua Takmir Masjid Masjid Almarwah Drs H Muzahid MSi selaku tuan rumah mengenalkan beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Babat Selatan. Di antaranya melayani koperasi dan simpan pinjam.
“Bahkan lembaga, majelis, dan ortom yang sudah terbentuk sudah banyak. Di antaranya PRPM (Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah) dan PRNA (Pimpinan Ranting Nasiyatul Aisiyah),” tutur Muzahid yang juga Ketua PRM Babat Selatan.
Sementara Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat, H Arif Rahman Saidi SE MH, dalam sambutannya mengajak umat untuk aktif dengan istikamah (rutin) mengikuti pengajian-pengajian yang diselenggarakan PCM.
“Untuk menggairahkan, sekaligus menambah kualitas dan kuantitas, nantinya saya minta laporan dari masing-masing ranting beserta pengurus AUM (amal usaha Muhammadiyah) yang ada untuk hadir di majelis atau forum keilmuan,” pesannya.
Dalam acara ini PCM memberikan santunan sosial kepada sebagian jamaah yang dipandang kurang mampu. Sore itu secara simbolis, Yulianto, yang mewakili mereka mendapat santunan dari Khamim Tohari, Ketua Majelis Kesejahteraan Sosial PCM Babat yang juga Ketua Seksi Sosial Masjid Almwarwah.
Kisah Abdullah bin Dinar
Pengajian rutin kali ini mengundang pembicara Drs H Abd Ghofar MM, mantan Ketua PCM Babat.
“Yang masih aktual kali ini adalah puasa Syawal. Merupakan kelanjutan dari puasa Ramadhan,” kata Pak Ghofar, panggilan akrab mantan Kepala SMAN Kedungpring itu mengawali tausiah.
Dia lalu berkisah tentang nama Abdullah bin Dinar. Suatu saat Abdullah naik kapal laut. Begitu dimintaongkos, Abdullah tidak punya uang. Oleh pihak kapal, Abdullah disiksa hingga pingsan.
Begitu siuman, disiksa lagi hingga pingsan lagi. Petugas kapal sangat kesal. Akhirnya Abdullah dibuang ke laut.
Di laut itu Abdullah ditolong oleh beberapa ikan. Ikan-ikan termaksud melalui moncong mulutnya menyodorkan perhiasan dinar yang sangat berharga.
Akhirnya Abdullah mengambil dinar-dinar pemberian ikan itu untuk dibayarkan kepada petugas kapal.
Semenjak itulah Abdullah mendapat gelar Abdullah bin Dinar. (*)
Penulis Riyantun Editor Mohammad Nurfatoni