PWMU.CO – Senyum Buk Sarmi mengembang. Tahun ini, perempuan paro baya yang hidup dalam keterbatasan ini, bisa mewujudkan impiannya untuk berqurban. Seekor kambing ia serahkan kepada Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (Lazismu) Kabupaten Probolinggo.
Penyerahan hewan qurban Buk Sarmi kepada Lazismu ini terbilang istimewa. Pasalnya, Buk Sarmi awalnya adalah satu dari sekian banyak warga Desa Tigasan Wetan, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, yang tercatat sebagai mustahiq. Namun, Buk Sarmi justru memilih menyerahkan kambingnya untuk qurban.
(Baca: Sedekah untuk Orang Kaya di Musim Haji)
Ceritanya, Jumat (18/8/2017) lalu, Lazismu mengunjungi Buk Sarmi yang tinggal di gubuk kecil berukuran 3 x 4 meter. Di rumah itu, ia tinggal seorang diri. Sehari-hari, ia bekerja sebagai buruh yang membantu kebun-kebun sayur tetangganya yang kadang jarang dilakukan pada musim kemarau panjang seperti ini.
Rumah Buk Sarmi beralaskan tanah, berdinding anyaman bambu. Dia menghabiskan sisa hidupnya dengan penuh keprihatinan. Di rumahnya hanya ada alat memasak tradisional dan tempat tidur yang jauh dari ukuran kelayanan untuk dipakai merebahkan diri. Meski tergolong dhuafa, dalam kesehariannya Buk Sarmi tidak mau bergantung belas kasihan orang lain.
Suatu ketika, panitia dari Lazismu akan menyalurkan titipan dari donatur. Salah satu penerimanya adalah Buk Sarmi. Di samping tugas pendampingan, kedatangan Lazismu juga untuk memastikan kembali membeli kambing Buk Sarmi guna keperluan Idul Adha 1438 H.
(Baca juga:Telur Asin Binaan Lazismu Tulungagung Tetap Lezat Meski Tersimpan 30 Hari)
Awalnya, kambing Buk Sarmi akan dibeli untuk qurban tahun ini. Hal ini merupakan program Lazismu Kota Probolinggo yang mendapat amanah mengumpulkan dan menyalurkan daging qurban. Lazismu akan memberikan zakat produktif berupa anak kambing untuk dibesarkan kembali. Tujuannya untuk penguatan ekonomi kaum duafa.
Tak hanya itu, kegiatan qurban Lazismu Probolinggo tahun ini difokuskan di tempat 3T (Terluar, Terdepan dan Tertinggal). Dipilihnya Desa Tigasan Wetan di antara 3 tempat lain karena suasana kemiskinan sangat berasa di sana.
“Namun Buk Sarmi memilih tidak menjual kambingnya. Ia justru memberikan kambingnya untuk qurban dan dititipkan ke Lazismu. Subhanallah,” kata Bambang, relawan Lazismu Kota Probolinggo.
(Baca juga: Lazismu Kota Malang Berbagi Kebahagiaan dengan 200 Dhuafa)
Lalu, dari mana Buk Sarmi memperoleh kambing tersebut? Menurut Buk Sarmi, awalnya ia diberi amanah seseorang memelihara beberapa kambing. Kurang lebih setahun, kambing itu mengandung dan melahirkan. Kemudian anak-anak kambing yang dilahirkan itu dibagi dua. Buk Sarmi mendapatkan dua anak kambing. Sementara kambing dewasa diambil kembali oleh yang pemiliknya lantaran Buk Sarmi sudah tidak sanggup lagi memelihara dalam jumlah banyak. Hasil dua anak kambing yang dipelihar itu hingga saat ini umurnya kurang lebih tiga tahun.
Apa yang diberikan Buk Sarmi ini pantas diteladani. Mengingat ia yang hidup serba kekurangan rela berqurban. “Harapan kami lebih memberikan kemanfaatan. Apalagi dengan semangat qurban dari Buk Sarmi ini, Insya Allah mampu mengetuk kerasnya hati saudara-saudara kita yang kaya dan mampu namun belum bersedia berqurban,” kata Benny, Ketua Lazismu Kota Probolinggo.
(Baca ini juga:Susur Sungai Kepetingan Selama 1 Jam untuk Antar Hewan Qurban)
Keinginan Buk Sarmi berqurban karena ia ingin membawa bekal di akhirat kelak. Kepada Lazismu, ia mengatakan bahwa di usianya yang sudah tua. Dia ingin memberikan manfaat dan berbagi kebahagiaan dengan warga sekitar.
Usai berqurban, Buk Sarmi mengucap syukur ke hadirat Ilahi Rabbi. “Alhamdulillah, she penting e berrik beres ambik she kobe sah (Alhamdulillah masih diberikan sehat oleh Yang Maha Kuasa” Kata Buk Sarmi dalam loga Madura.
Sedianya, Buk Sarmi ingin membuatkan bumbu gule yang dimasukkan ke beberapa plastik kecil dan dibagikan bersama daging qurbannya. Harapannya, agar penerima daging kurban lebih mudah untuk memasaknya.
Kisah Buk Sarmi bisa memberikan inspirasi bagi kita bahwa memberi indah dan tak perlu menunggu kaya. Karena kekayaan hakikatnya adalah keinginan kuat untuk bisa berbagi. Kebahagiaan sempurna adalah mereka yang mampu membuat orang lain bahagia.(beny lazismu/yudi)