PWMU.CO – Dialog sopir angkot, sopir pribadi, dan pegawai negeri diceritakan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Blitar Lukiarto SKM saat membuka Baitul Arqam Rumah Sakit Islam (RSI) Aminah Blitar di Puri Perdana Hotel, Sabtu (4/5/2024).
Dalam sambutannya dia mengatakan, orang yang bisa menikmati hidup adalah orang yang bisa hidup dengan apa yang dia terima dari Allah.
Menurut Lukiarto, orang mudah berkata: lainsyakartum la’azidannakum wa lainkafartum inna adzaabi lasyadiid. Jika kamu bersyukur akan nikmatku niscaya akan aku tambah, tapi jika kamu kufur nikmatku, sungguh adzabku sangat pedih.
“Kata ini sangat mudah diucapkan. Namun praktiknya sangat berat. Tidak mudah,” tegasnya.
Pria yang akrab disapa Pak Luluk kemudian bercerita tentang dialog sopir angkot. Ada sopir angkot menggerutu.
“Jadi sopir angkot sangat berat. Penghasilan tidak seberapa, hanya cukup untuk bensin dan makan untuk diri sendiri. Enak sopir pribadi, tiap bulan dapat gaji,” gumam sopir angkot.
Ternyata gumaman sopir angkot didengar sopir pribadi. “Ya tidak seperti itu juga ,Mas. Sopir pribadi itu tak kenal libur. Hari libur juragan minta antar ya kita harus siap. Jadi sopir pribadi itu tidak kenal hari libur. Tetap masuk walau hari libur. Paling enak itu jadi PNS. Kerja santai. Libur juga ada. Tetap dapat bayaran. Pokoknya enak PNS,” ujar sopir pribadi.
Rupanya omongan sopir pribadi itu didengar seorang PNS. “Siapa yang bilang enak pegawai negeri. Saya ini PNS angkatan pertama. Karena tuntutan rumah saya jauh, saya kredit sepeda motor. Belum lunas sepeda motor, saya nikah. Akibatnya saya harus kredit rumah. Belum lunas cicilan rumah, karena eselon semakin tinggi saya memaksakan diri kredit mobil. Jadi enaknya PNS itu hanya kredit,” tukas si PNS.
Kalau begitu siapa yang enak? Yang enak itu bos. Bos selalu enak. Selalu banyak uang. Tetapi kata bos, enak apanya. ”Saya hidup banyak utang. Utang saya bermiliar-miliar. Setiap akhir bulan, saya pusing harus bayar gaji karyawan,” kata si bos.
Kesimpulannya apa? Pak Luluk menuturkan, ternyata hidup itu harus ikhlas. Hidup enak itu jika bisa menikmati apa yang diberikan Allah.
“Bapak ibu ini tugasnya berat. Tapi kalau ikhlas hidup akan nyaman,” lanjut Pak Luluk.
Dia menekankan, berprestasi tidak harus menunggu jadi direktur, direksi, Kabag, Kabid. Berprestasi bisa di semua posisi, di semua level, di semua tatanan.
“Kalau itu kita lakukan, Allah akan kasihan kepada kita. Sehingga hidup kita dimuliakan oleh Allah,” tandas Pak Luluk.
Senada disampaikan Kabid Sumber Daya Insani dan Diklat RSI Aminah, Diah Prameswari SKep Ns. Dia menyampaikan, peserta harus sungguh-sungguh mengikuti kegiatan Baitul Arqam.
Kegiatan ini untuk menanamkan ideologi Muhammadiyah bagi seluruh pejabat struktural dan fungsional.
“Ikuti dengan sungguh-sungguh, agar bisa memahami, dan mengamalkan dengan baik,” ujar Bu Diah, sapaan akrabnya.
Sebanyak 42 karyawan digembleng selama dua hari (4-5/6/2024) dalam Baitul Arqam ini dengan ideologi Muhammadiyah, ketarjihan, manajemen, dan pedoman hidup islami warga Muhammadiyah (PHIWM). Juga ada shalat lail dan outbound.
“Kita manfaatkan waktu dua hari ini untuk betul-betul belajar dan mendalami ideologi Muhammadiyah,” tambah Bu Diah.
Peserta harus memenuhi syarat kelulusan. Yaitu 90 persen mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. “Insyaallah semua diberikan kemudahan dalam mengikuti kegiatan ini,” ujarnya.
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto