Perkuat Ukhuwah, Hindari Adu Domba; Oleh Amirsyah Tambunan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI)
PWMU.CO – Memecah belah umat dengan tuduhan sesat, kafir, tidak sunah merupakan perbuatan yang kurang etis. Sebaliknya kita harus saling memuliakan umat agar tidak saling mengkafirkan, tidak saling menyesatkan.
Bahwa faktanya ada yang kufur dan sesat, memerlukan mekanisme dan metodologi umat menyelesaikan seperti yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia. Kesesatan dan kekufuran yang terjadi merupakan bagian dari masalah kita. Karena itu perlu dilakukan muhasabah atau instropeksi diri antara sesama umat.
Sikap konsisten atau istikamah membina umat penting dilakukan secara sungguh-sungguh sehingga umat kita terhindar dari perbuatan tercela, saling adu-domba (namimah).
Dengan demikian istikamah dalam berdakwah merupakan perbuatan yang sangat dicintai Allah, sebagaimana firman Allah dalam Fushilat 30:
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
Umat memerlukan pemahaman, agar tidak salah paham atau pahamnya yang salah seperti masalah ritual ibadah mahdhah terdapat dua hal. Pertama, prinsip pokok (ushuliah) yang tidak ada perdebatan misalnya menyangkut keyakinan dalam Rukun Islam, karena tidak boleh saling mengkafirkan.
Kedua, wilayah cabang (furu’iah) terdapat majalul ikhtikaf harus saling bertoleransi. Misalnya soal pakai kunut atau tidak. Kita harus saling bertolerasi sehingga masing-masing umat menjalankan keyakinan masing-masing.
Agenda umat hari ini yang perlu mendapat perhatian antara lain, pertama, kerusakan alam, krisis air, kelaparan, kebodohan, perdamaian dunia, green ekonomi, dan lain sebagainya.
Kedua, bangsa ini membutuhkan tokoh pemersatu umat yang saling asah, asih dan asuh sehingga dapat menyelesaikan problem umat. Karena kita sesama umat bersaudara, harus kita perbaiki (islah) persaudaraan antara sesama umat dalam sebuah bangsa.
Sebagaimana pesan al-Hujurat 10
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Memperbaiki umat melalui kemiskinan dan kebodohan merupakan agenda bersama, hendaknya dapat di selesaikan secara bertahap sehingga umat tidak terjebak dalam pusaran saling menuduh kafir, sesat, bidah. Wallahu ‘alam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni