PWMU.CO – Ketua FGM Jatim dorong ‘One Teacher One Product’, Rabu (8/5/2024). Ialah Isa Iskandar SSi MPd yang menyampaikannya pada saat Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Kabupaten Gresik mengukuhkan pengurus baru.
Isa mendapat kesempatan menyampaikan pemaparan pentingnya di hadapan 40 anggota dan pimpinan FGM Daerah periode 2024-2028. Turut hadir Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik Yusuf Diachmad Sabri ST MBA, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik S Hariyanto SPd MM, Kepala Majelis Dikdasmen dan PNF Kab Gresik M. Fadloli Aziz SSi MPd, Ketua Pergunu Kab Gresik Syamsul Anam, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kab Gresik Achmad Hanif Hasan dan guru beserta kepala sekolah Muhammadiyah sekabupaten Gresik.
Isa menyampaikan paradigma pendidikan yang yang terjadi saat ini. Menurutnya, ada pergeseran dalam hal ruang belajar terutama pasca Covid-19 yang melanda dunia, di mana pergeseran itu dilalui dengan teknologi.
“Dulu guru kerap tatap muka dengan murid, guru mengajar di depannya ada murid, itu dulu tapi sekarang bagaimana guru bisa mengajar saat murid tidak masuk tiga hari. Maka guru harus memiliki growth mindset atau memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah itu (dengan teknologi),” tuturnya di aula lantai 4 Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM).
Isa kemudian mengungkapkan, FGM melalui berbagai program hendaknya menjadikan akhlak baik sebagai titik tumpu. “Tidak sekadar sopan santun tapi dalamnya akhlak, ibarat bukan sekadar luasnya laut tapi dalamnya laut, ibarat menanyakan wali murid prioritas satu sampai lima adalah akhlak sedangkan matematika, solder, coding nanti di nomor enam,” terangnya.
Master Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini berharap kepada pimpinan FGM Daerah Kabupaten Gresik beserta jajarannya untuk tidak melupakan personal branding. Isa mengibaratkan pesepak bola Ronaldo yang kini merumput di Arab Saudi.
“Ronaldo dibawa ke Arab Saudi, semua mata tertuju ke Arab Saudi. Seandainya Ronaldo dibawa ke Indonesia semua akan ke Indonesia. Artinya, personal brandingnya sudah jelas,” katanya.
Maka menurut Isa, guru di FGM ini perlu menemukan personal branding yang jelas.
Poin selanjutnya, Isa menyinggung sinergi dari segala aspek. Hendaknya FGM kini tidak lagi fokus pada tim tapi sudah meluas ke super team.
“Berbicara tentang aspek sinergi ini kita sudah tidak lagi berbicara tentang out of the box, tapi there is no box (tidak ada lagi sekat dan batasan) bagaimana guru negeri bisa mengajar di sekolah swasta maupun sebaliknya,” ungkapnya.
Workshop Sesuai Kebutuhan
Di akhir pemaparannya, Isa menitip pesan kepada FGM, dalam membuat workshop pengembangan guru selanjutnya, hendaknya membuat workshop sesuai kebutuhan. “Ibarat jangan sampai orang membutuhkan lapangan sepak bola namun jadinya lapangan voli,” tuturnya.
Maka Isa menyarankan beberapa workshop yang penting. Misal, workshop komunikasi. “Bagaimana membangun komunikasi antaranak dan guru, guru dengan guru, perlu dibangun komunikasi, termasuk komunikasi psikologi,” imbuhnya.
Selain workshop komunikasi, ada workshop pembelajaran berbasis masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa. Menurutnya ini berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan atau problem based learning (PBL) agar pembelajaran tidak lagi membosankan dan modern.
Workshop penting lainnya, digital learning dan menjadikannya juga sebagai titik tumpu. Termasuk network teaching skill atau kemampuan dalam membangun jejaring.
Isa Iskandar akhirnya mendorong peserta menjalankan gerakan one teacher one product di mana guru memiliki karya. “Apakah itu one teacher one book, one teacher one media? Silakan Bapak Ibu kembangkan!” tutupnya. (*)
Penulis Zaki Abdul Wahid Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni