PWMU.CO – Animo masyarakat untuk menonton film Nyai Ahmad Dahlan sangat tinggi. Tidak jarang dari masyarakat ramai-ramai menggelar nonton bareng (nobar) untuk bisa menikmati film drama biografi garapan sutradara Olla Atta Adonara tersebut. Bahkan Pemuda Muhammadiyah dan KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) Kota Malang bukan hanya nobar, tetapi juga menggelar lomba dengan berpakaian ala KH Ahmad Dahlan dalam nobar tersebut.
Kegiatan nobar sekaligus lomba berpakaian mirip pendiri Muhammadiyah tersebut tentu menarik perhatian pengunjung yang datang. Tidak seperti pengunjung bioskop lainnya, semua peserta nobar berpakaian ala KH Ahmad Dahlan Pemandangan tersebut terlihat di Movimax Dinoyo Malang pada Jumat (25/8/17) pukul 15.10 WIB.
(Baca: Di Ponorogo, Muslimat Bareng Aisyiyah Nobar Film Nyai Ahmad Dahlan)
“Sengaja kita nonton bareng film Nyai Ahmad Dahlan dengan berpakaian mirip KH Ahmad Dahlan untuk memeriahkan nobar AMM se-kota Malang”, ujar Jawad salah satu peserta nobar yang mengenakan pakaian KH Ahmad Dahlan.
Hal ini, lanjut Jawad, supaya bisa memberikan kesan dan dalam rangka memperingati jasa KH Ahmad Dahlan sebagai tokoh pahlawan sekaligus pendiri Muhammadiyah. “Siapa yang mirip dengan tokoh pendiri Muhammadiyah tersebut maka dialah yang akan mendapatkan hadiah dari dari kami,” tutur dia.
Selain tujuan untuk memeriahkan, kata dia, kegiatan ini juga sekaligus dijadikan wahana Islam. Diharapkan, dengan kegiatan ini bisa terjadi proses internalisasi spirit dakwah KH Dahlan pada kawula muda yang biasanya gandrung dengan hiburan bioskop.
(Baca juga: 8 Bus Besar 4 Kali Pulang-Pergi: Antar 1.750 Penonton Film Nyai Ahmad Dahlan)
Fenomena nobar terhadap film drama istri pendiri Muhammadiyah memang tidak hanya terjadi di Malang, tapi juga di daerah lainnya. Bahkan di daerah seperti di Bojonegoro juga terjadi virus yang sama. Bahkan ratusan siswa SD Muhammadiyah menangis di Studio 1 New Star Cineplex (NSC) Bojonegoro karena terharu menyaksikan film Nyai Ahmad Dahlan. Tak hanya anak-anak, puluhan Pengurus Daerah Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiah, pegawai RS Aisyiah, dan ortomnya juga meneteskan air mata.
Rupanya, tidak hanya anak-anak. Para bapak dan ibu juga banyak yang terharu dan menangis. ”Saya menangis pas adegan Ahmad Dahlan dan istri melelang barang-barang berharganya demi membangun gedung pendidikan Muhammadiyah,’’ kata dia.
Film biopik Nyai Ahmad Dahlan ini bercerita tentang perjuangan Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan, sang pendiri organisasi perempuan Aisyiyah yang menjadi sayap organisasi dari Muhammadiyah. Film ini bukanlah semata-mata demi mengangkat sosok Nyai Ahmad Dahlan sebagai istri seorang KH Ahmad Dahlan, melainkan sebagai upaya mengangkat kembali kisah-kisah inspiratif tentang pejuang-pejuang perempuan Tanah Air yang kerap dilupakan dari sejarah.
(Berita terkait: Lagu Sang Surya Bergema di Bioskop sebelum Pemutaran Film Nyai Ahmad Dahlan. Inilah Video dan Foto-fotonya)
Film dibuka dengan narasi Nyai Ahmad Dahlan waktu kecil: ”Namaku Walidah. Mimpiku menjadi anak yang pintar…..’’ Kemudian dilanjut dengan adegan mengaji dan bagaimana anak-anak wanita sebayanya yang ingin belajar mengaji tetapi dihalang-halangi orang tuanya. Karena, perempuan itu tak perlu menjadi pintar. Cukup jadi konco wingking (wanita di rumah saja).
Dilanjut masa remaja, menikah dengan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan muda), menjadi istri seorang tokoh penggerak dan pendiri pergerakan Muhammadiyah berikut tantangan-tantangannya. Serta, tanggung jawabnya memajukan perempuan Indonesia. (izzudin/rou)