PWMU.CO – PRA Kemantren Jabung Kabupaten Malang mengadakan Musyran pertama bertempat di Masjid Aisyah Kemantren, Ahad (19/5/2024).
Acara dimulai pukul 09.00 WIB dihadiri 50 anggota Musyran dan undangan.
Musyran PRA Kemantren dibuka dengan tausiyah yang disampaikan sesepuh Aisyiyah-Muhammadiyah Malang Masruhatin SAg (80).
Masruhatin menyampaikan, organisasi Aisyiyah adalah gerakan. Maka sebagai pimpinan bapak ibu harus bergerak, jika tidak bergerak maka Muhammadiyah-Aisyiyah tidak akan bisa sebesar ini.
Dia menjelaskan, perempuan berkemajuan adalah perempuan yang bisa mempertahankan keluarga.
Secara ekonomi perempuan harus bekerja keras, agar bisa bersedekah. Setiap hari di rumah disediakan sebelah kanan al-Quran dan sebelah kiri hadits.
”Setiap kesulitan yang kita hadapi bacalah al-Quran dan bacalah hadits,” katanya.
Lantas dia mengutip syair Mars Aisyiyah. “Di telapak kakimu terbentang surga, di tanganmulah nasib bangsa.”
“Surga ada di telapak kakimu maka perempuan wajib berilmu, wajib cerdas, wajib cekatan, wajib ikhlas,” tandasnya.
Ambillah contoh Aisyah ra, istri Rasulullah, periwayat banyak hadits dan hafal al-Quran maka pimpinan itu harus mau membaca banyak buku untuk kemajuan organisasi dan generasi selanjutnya.
“Buatlah masjid ini sebagai pusat kegiatan anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak. Aktif di organisasi. Membangun amal usaha ekonomi untuk mendukung dakwah. Organisasi adalah tempat mencari ridho Allah,” lanjutnya.
Kemudian dia bicara soal pendidikan. ”Salah satu upaya Muhammadiyah membantu bangsa menjadi berkemajuan melalui pendidikan,” ujarnya.
Masruhatin termasuk ikut mendirikan sekolah Muhammadiyah di Malang. Misalnya, SD Muhammadiyah 8 Dau, SMP Muhammadiyah 6 Dau Kabupaten Malang, dan SD Aisyiyah Kamila Kota Malang.
Kali ini dia mengatakan akan membuat Sekolah Eksklusif pada tahun 2026 di Dau di atas tanah wakaf 300 m.
Menurut dia, pendidikan hal penting untuk kemajuan. Terutama PAUD wadah anak generasi emas.
Untuk membangun sekolah perlu partisipasi warga Muhammadiyah. Karena itu kader Muhammadiyah ekonominya harus kuat sehingga mampu berinfak untuk mendukung perjuangan Muhammadiyah.
Dia menceritakan almarhum suaminya, Abdullah Hasyim, saat berjuang di Muhammadiyah sering membawa anak, membawa cucu.
”Ini untuk memberi contoh bahwa kelak jika kakeknya meninggal maka dakwah ini bisa diteruskan oleh anak cucunya,” katanya.
“Semoga PCA Jabung dan PRA Kemantren bisa membuat TPQ mulai anak-anak, lansia, bapak-bapak, ibu-ibu,” tuturnya.
Penulis Fatimah Az-Zahro Editor Sugeng Purwanto