Sembilan Κarakter Orang Muhammadiyah

Wakil Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Timur Dr Syamsul Ma’arif SS MPd saat menyampaikan kajian di hadapan guru dan karyawan PCM Wonokromo Surabaya (Basirun/PWMU.CO)

PWMU.CO –  Tiga karakter orang Muhammadiyah disampaikan Wakil ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Syamsul Ma’arif SS MPd, Sabtu (18/5/2024).

Dalam kajian di hadapan guru dan karyawan PCM Wonokromo Surabaya, dia menjelaskan, karakter orang Muhammadiyah, pertama beraqidah Murni.

“Sebagai orang Muhammadiyah harus berjiwa dan bersiikap bertauhid hanya kepada Alllah saja, jauh dari sikap tahayul, bit’ah dan churofat (TBC),” katanya.

Kedua, berpaham Islam yang Berkemajuan. Konsep yang menggambarkan pemahaman Islam yang mendorong kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, maupun teknologi, tanpa meninggalkan nilai-nilai fundamental Islam.

Ketiga, ikhlas, jujur dan amanah. Warga Muhmammadiyah harus menunaikan tugas yang diemban dengan baik. Karena warga Muhammadiyah  harus menunjung tinggi sifat yang melekat pada diri Rosulullah.

“Siapa yang masih ingat sifat-sifat Rosulullah?” tanya pengusaha sukses ini sambil menujukkan segenggam uang ditangan kirinya.

“Sidiq, tabligh, amanah, dan fathonah!” seru Guru Kelas III SD Musix Surabaya Nurmala  SAg yang duduk di shof balakang.

“Kenapa kok Jawabnya kencang sekali?” tanyanya.

“Ia ustdz, supaya tidak disaut yang ada di depan, masa dari tadi yang dapat depat terus!” balas Nurmala bersemangat, disambut ketawa jamaah yang lain

“Oke, walaupun dibelakang gak papa, ambil uangnya,” jawab laki-laki paro baya ini sambil menyerahkan uang 100 ribuan.

Keempat, cerdas berilmu. Terus mengasah Kecerdasan dan Keilmuan. Untuk meningkatkan kualitas diri, guru Muhammadiyah harus mau menngembangkan ilmu dengan belajar kembali, baik yang formal maupun non Formal.

Kelima, moderat Bijaksana. Beragama dengan berakidah, beribadah, berakhlaq dan bermuamalah. Keenam, etos kerja tinggi, disiplin dan produktif. Ketujuh, adil dan memuliakan manusia, menghormati sesama manusia.

Kedelapan, berjiwa al-Ma’un. Peduli pada hhuafa, anak yatim dan golongan yang termarginalkan. Seperti yang dilakukan oleh KH A Dahlan.

“Beliau tidak ‘omdo’ (omong doang),” katanya. Selanjutnya dia menceritakan bahwa KH A Dahlan mengajarkan surat al-Ma’un tidak akan dilanjutkan surat yang lain sebelum mengamalkan dengan menyantuni anak yatim.

Kesembilan, gemar geramal dan berusaha. Menjaga martabat dengan peduli sesama. “Terakhir yang kesepuluh adalah Berorganisasi dan bekerjasama. Bersama-sama membangun ummat,” jelasnya. (*)

Penulis Basirun. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version