Masalah Orangtua Jadi Perusak Kesuksesan Anak

Masalah orangtua
Koko Soesantho ceramah parenting di SD Muhammadiyah 9 Surabaya. (Nashiiruddin/PWMU.CO)

PWMU.CO – Masalah orangtua bisa jadi perusak kesuksesan anak dibahas dalam Pengajian Orangtua dan Silaturrahim SD Muhammadiyah 9 Pantai Kenjeran Surabaya, Sabtu (18/5/2024).

Menghadirkan narasumber Wakil Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PWM Jawa Timur Koko Soesantho SAg MSi ST.

Koko mengajak wali murid, guru, dan karyawan menjalin komunikasi dengan anak sehingga membantu keberhasilan anak.

Komunikasi dengan anak itu cenderung kurang sekali karena beberapa kondisi. Bisa jadi karena sibuk bekerja. Sehingga di rumah inginnya tidur,” katanya.

Sudah begitu, kata dia, harapan orangtua selalu tinggi kepada anaknya. Kadang kurang percaya dengan kemampuan anak. Misal, orangtua memaksakan keinginanya sendiri.

”Jadi masalah anak itu terjadi karena adanya masalah orangtua,” ujarnya.

Maka dia menyarankan belajarlah pada ibu. Belajar mengambil ilmu dari siapapun yang sudah mempunyai pengalaman.

“Hati-hati bila ada anak yang terlahir tidak dikehendaki orangtuanya. Jangan sampai itu sumber masalahnya,” katanya.

Al-Quran surah al-Furqan ayat 74 orang-orang berdoa diberi pasangan dan keturunan yang menyenangkan.

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

Orang-orang yang berkata ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

Dia mengingatkan untuk menciptakan suasana menyenangkan di keluarga dengan tidak memaksakan kehendak orangtua kepada anak.

Menurut dia, setiap anak itu berbeda, setiap anak itu istimewa, setiap anak itu unik, setiap anak itu pembawa rezeki, setiap anak itu investasi buat akhirat, setiap anak itu adalah ujian bagi orang tuanya. Kalau tidak lulus ya diuji lagi sampai dengan dinyatakan lulus.

“Coba siapa yang masih suka membanding-bandingkan anaknya. Itu berarti sudah melanggar prinsip karena setiap anak itu edisi khusus yang berbeda-beda. Maka tidak bisa dibanding-bandingkan. Sekali dibandingkan sama dengan merusak,” tuturnya.

Dia menuturkan, sekarang ini ada anak-anak terkena gangguan mental. Contoh, guru menyuruh maju tetapi anak tidak mau. Tempat duduknya memilih yang paling belakang.

“Kita ingin baiti jannati. Rumahku surgaku. Betulkah anak-anak kita di rumah merasa hidup di surga atau di neraka?” tanyanya.

Dia menyarankan sukalah mendengar keluhan anak atau pasangannya. Mendengarkan keluhan itu sudah membuat kebahagiaan.

Penulis Nashiiruddin  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version