PWMU.CO – Jiwa jurnalis tak terbendung, kontributor ini pernah menangis dikomplain polisi. Hal ini terungkap ketika salah satu kontributor PWMU.CO mencurahkan isi hatinya di sesi Sambung Rasa pada Resepsi Milad Bersama Media PWM Jatim.
Yulia Febrianti, kontributor yang sehari-harinya menjadi pustakawan SD Muhammadiyah 1 Banyuwangi, mengakui pernah menangis karena berita liputannya dapat protes terkait pemotongan papan nama Masjid al-Hidayah Banyuwangi. Yulia bercerita di Aula Mas Mansyur Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/2 Surabaya, Sabtu (18/5/2024).
Ibu kelahiran Bondowoso ini bercerita, “Kasus pemotongan papan nama Masjid al-Hidayah Tampo Cluring Banyuwangi yang terjadi sebanyak dua kali memang sempat menimbulkan polemik.”
Kemudian istri Bambang Winarto ini melanjutkan ceritanya, “Jiwa jurnalistik saya memang tak bisa dibendung. Pada kasus kedua, setelah berkoordinasi dengan Sekretaris PCPM Tampo sekaligus wartawan TVMU Mas Rizkie Andrie, terbitlah berita pemotongan papan nama untuk kali kedua.”
Saat berita sudah terbit, lanjutnya, baru muncul fatwa dari Ketua PDM Banyuwangi, semua hal-hal berhubungan dengan kasus al-Hidayah harus melalui Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP).
“Sehingga semua informasi terfokus pada satu pintu dan tidak amburadul,” tambah ibu tiga anak ini: Nouval Rayyan Afinanto, Nayla Rahmi Annidafinanto, dan Nabil Roeshyid Afinanto.
“Dampak dari tulisan kedua tersebut adalah Ketua PDPM Banyuwangi yang saat itu dijabat oleh Lukman Hakim, mendapat komplain dari kepolisian. Karena dikhawatirkan akan memperkeruh keadaan. Dan Mas Lukman menegur saya di tengah rapat terbatas yang waktu itu dilaksanakan di Kantor PDM Banyuwangi,” cerita wanita kelahiran 8 Juli 1978 itu.
Dari kejadian itu, Yulia memetik hikmah, sekarang masjid tersebut mendapat perhatian dari PDM Banyuwangi dan salah satu kontributor PWMU.CO Taufiq Rahman jadi Ketua Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi PDM Banyuwangi. (*)
Penulis Gondo Waloyo Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni