PWMU.CO – Dua plt kepala SMK Muhammadiyah Kota Kediri mengikuti pelantikan dan serah terima jabatan (sertijab) di Aula SMK Muhammadiyah 2 Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (22/05/2024).
Plt Kepala SMK Muhammadiyah 1 (SMK Mutu) Kota Kediri Atik Hidayati SPdI dilantik menggantikan Retno Wigati SE. Sedangkan Plt Kepala SMK Muhammadiyah 2 (SMK Muda) Kota Kediri Agus Riyanto ST menggantikan Wahyu Warastriyo SKom MCs.
Atik Hidayati menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas amanah dan kepercayaan yang diberikan. Baginya tidak mudah menerima jabatan ini karena sebelumnya dia adalah guru SMP Muhammadiyah Kota Kediri sehingga belum tahu dunia SMK.
Tetapi dia berjanji akan berusaha semaksimal mungkin untuk belajar. “Saya berharap dukungan dari guru dan karyawan untuk membantu mewujudkan sekolah yang maju dan menjadi sekolah favorit,” harapnya.
Sementara itu Agus Riyanto menyampaikan rasa puji syukur menerima amanat ini meski terasa berat. “Tetapi alhamdulilah kita dapat dukungan dari bapak kepala sekolah, guru, dan karyawan. Kita tidak akan bisa mewujudkan kepemimpinan yang efektif tanpa adanya kerelaan semua komponen lembaga,” ungkapnya.
Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Kota Kediri Drs Sony Tatag Suwasono MPdI mengatakan mengaku terkejutkarena Kepala SMK Mutu Retno Wigati diterima sebagai guru Pegawai Pemerintah dengan Kontra Karja (P3K) di SMK Negeri Purwoasri dan Kepala SMK Muda Wahyu Warastriyo di SMK Negeri 1 Kota Kediri. Sementara persiapan untuk penggantinya belum bisa maksimal dikondisikan.
“Oleh karena itu dengan adanya pertimbangan pada tanggal 1 Mei 2024 kepala sekolah yang sudah diangkt P3K harus sudah melakukan kegiatan di sekolah yang baru, sehingga kami berkoordinasi dengan PDM jangan sampai ada kekosongan pimpinan. Oleh karena itu atas persetujuan Bapak Ketua PDM maka kami memberi keputusan plt kepala SMK Mutu dan SMK Muda,” ungkapnya.
Ibarat Imam Shalat
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Kediri Ahmad Khoirrudin MPdI mengatakan pengangkatan kepala sekolah ibarat mengangkat seorang imam shalat.
“Imam itu diadakan, ditunjuk untuk diikuti. Jadi siapapun imamnya kalau sudah ditunjuk dan diangkat secara sah, apa itu bacaannya itu salah, apa gerakannya yang mungkin ada sedikit yang tidak sama dengan makmumnya maka makmum harus ikut, mboh itu imamnya wajahnya jelek tidak peduli, yang penting dia sudah di posisi imam. Di mana makmum harus mengikuti imam,” ungkapnya.
Dia berharap, guru dan karyawan, apapun yang dilakukan oleh kepala sekolah yang baru, maka yang lainnya harus tunduk dan patuh alias samikna wa atakna.
Ahmad menambahkan, di Muhammadiyah juga berlaku model kepemimpinan kolektif kolegial. Meskipun di Muhammadiyah itu sudah ada pakem atau pedoman pengelolaan amal usaha, tapi seorang pemimpin jangan sampai meninggalkan kru atau teamwork-nya.
“Kenapa? karena di antara kita belum tentu tahu tentang pedoman ini sehingga bagi yang tidak tahu bisa menjadi sok-sok atau menggerongi (memengaruhi). Karena apa? Karena mereka tidak tahu pedomannya,” katanya.
Nah, lanjutnya, oleh sebab itu kita harus mengajak musyawarah. Siapa yang lebih dulu pandai maka harus menyampaikan. Maka apa yang disampaikan akan diketahui oleh semuanya.
“Jadi yang semula yang pandai cuma satu sekarang menjadi pandai semua. karena satu dengan yang lainnya saling mentransfer ilmu pengetahuannya. Dan ini amat penting dan harus diterapkan di Muhammadiyah,” ujarnya. (*)
Penulis Joko Darmono Editor Mohammad Nurfatoni