PWMU.CO – Pentingnya mubaligh Muhammadiyah era digital disampaikan Wakil Ketua PWM Jawa Timur Dr H Sholihin Fanani MPSDM dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) yang kedua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Kamis (23/5/2014).
Dalam acara yang diadakan di Aula Mas Mansyur PWM Jawa Timur Jl Kertomenanggal IV No 1 Surabaya, dia menjelaskan, keberadaan muballigh Muhammadiyah di era digital sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat secara umum untuk memberikan pencerahan, panduan, pedoman dan penguatan iman dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Mubaligh harus sadar bahwa sesungguhnya teknologi dalam satu sisi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan untuk keperluan dakwah Muhammadiyah di tengah-tengah masyarakat saat ini,” jelasnya.
Namun, lanjutnya, di sisi lain teknologi juga memberi dampak negatif yang dapat mengancam ekstensi dalam Muhammadiyah di tengah-tengah masyarakat.
“Sebagai contoh sederhana ketika terjadi beberapa kasus yang merugikan Muhammadiyah di beberapa daerah akan sangat mudah tersebar luas di tengah-tengah masyarakat. Kadang masyarakat tidak mengetahui latar belakang masalahnya dan menerima informasi tersebut sebagai suatu kebenaran dan fakta sosial yang dianggap benar,” terangnya.
Dia mengatatakan mubaligh Muhammadiyah harus mampu tampil dan siap berkiprah di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan dinamika kehidupan sosial termasuk di era digital seperti saat ini.
“Muballigh Muhammadiyah harus terus mengasah, mengasuh, dan meningkatkan kompetisinya di berbagai bidang keilmuan, maka mubaligh harus memiliki enam syarat agar menjadi muballigh militan,” ujarnya.
Dia menuturkan, enam kompetensi yang harus dimiliki muballigh pertama, muballigh Muhammadiyah harus memiliki kompetensi dalam bidang keagamaan.
“Sebagai mubaligh Muhammadiyah seseorang harus terus mempelajari, memahami, mengamalkan dan terus mendakwahkan nilai-nilai kebenaran keadilan, dan kerahmatan nilai-nilai ajaran agama Islam sebagaimana yang dipahami oleh Muhammadiyah secara baik dan benar. Memahami manhaj dan tabligh Muhammadiyah,” katanya.
Kedua, muballigh Muhammadiyah harus memilih kompetensi akademik. “Sebagai seorang mubaligh Muhammadiyah kita harus terus meningkatkan kompetensi akademik. Bila perlu harus terus meningkatkan jenjang pendidikannya dan kemampuan-kemampuan akademik lainnya seperti menguasai ilmu bahasa, filsafat, ekonomi, politik psikologi, komunikasi dan lainnya,” sambungnya.
Kompetisi seperti ini sangat penting, sehingga tidak dianggap sebagai murid yang jadul, jaman dulu, tetapi dianggap sebagai mubaligh yang kekinian dan berkemajuan karena memiliki kompetensi akademik dengan baik.
Ketiga, mubaligh Muhammadiyah harus memiliki kompetensi kepribadian. “Kompetensi ini sangat penting dan sangat dibutuhkan sebagai seorang muballigh di Muhammadiyah. Saat ini masyarakat sedang kehilangan figur atau sosok yang dapat dijadikan panutan dan sandaran dalam kehidupan kebangsaan, keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu harus memiliki sikap dan kepribadian yang menarik dan bersahaja,” tuturnya.
Keempat, mubaligh Muhammadiyah harus memiliki kompetensi sosial. “Kompetensi ini juga sangat dibutuhkan sebagai seorang muballigh Muhammadiyah. Muballigh Muhammadiyah harus mampu sebagai penyambung lidah masyarakat dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat,” ujarnya.
Mubaligh Muhammadiyah harus mampu sebagai benteng moral masyarakat di saat masyarakat sedang mengalami krisis moral dan sosial yang seperti saat ini. Muballigh Muhammadiyah harus mampu tampil sebagai agen perubahan di tengah-tengah kehidupan sosial. Muballigh Muhammadiyah harus mampu melakukan dakwah di tengah-tengah masyarakat dengan dakwah yang menyentuh kehidupan sosial. Kultural dan struktural, membantu masyarakat mengentaskan kemiskinan dan mencerdaskan kehidupan masyarakat.
Kelima, muballigh Muhammadiyah harus memiliki dakwah digital. “Di era digital seperti saat ini muballigh Muhammadiyah harus melek digital, harus mampu menggunakan produk-produk teknologi digital sebagai media dakwah terutama menghadapi generasi millenial yang kehidupannya tidak bisa lepas dari teknologi digitalisasi, penggunaan media digital sangat penting dan masif harus dilakukan oleh muballigh Muhammadiyah,” tambahnya.
Keenam, ini yang terahir, katanya, mubaligh Muhammadiyah harus memiliki kompetensi secara manajerial.
“Mubaligh Muhammadiyah harus memiliki kompetensi managerial sehingga akan tampil ditengah-tengah masyarakat dengan percaya diri dan elegan, harus mampu sebagai penggerak kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sehingga keberadaannya sangat dinantikan oleh masyarakat secara umum, mampu mengelola organisasi dengan baik juga mampu melakukan kolaborasi dengan berbagai lapisan masyarakat,” tandasnya. (*)
Penulis Habibullah Al Irsyad. Editor Ichwan Arif.