PWMU.CO – Ketua PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini mengatakan korupsi adalah bencana kemanusiaan yang sangat besar. Hal itu dia ucapkan saat Gebyar Milad Ke-107 Aisyiyah dan Pertemuan Periodik IV PDA Kabupaten Gresik di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik, Sabtu (25/5/2024).
Di awal, dia menyampaikan apresiasi pada acara itu. “Atas nama Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, kami sangat mengapresiasi kegiatan yang luar biasa dan kebersamaan secara internal persyarikatan maupun kebersamaan bersama dengan organisasi-organisasi perempuan yang ada di Gresik,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini menjadi bagian dari kekuatan Aisyiyah karena bisa melakukan tugas-tugas dakwah secara lebih kokoh dan lebih luas lagi.
Istri Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir ini menuturkan Muhammadiyah telah berhasil meraih penghargaan kemanusiaan tingkat dunia dari Zayed Award di Founders Memorial, Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab tahun 2024 bersama dengan NU.
“Ini merupakan penghargaan pertama yang diperoleh di kawasan Asia,” katanya sehingga hal ini menjadi sebuah modal tambahan kekuatan yang luar biasa untuk semakin menggerakkan Muhammadiyah sebagai organisasi islam untuk kepentingan kemanusiaan.
Berdasarkan inilah, kata dia, ditetapkan sebagai tema milad ke-107 tahun sebagai bentuk rasa syukur yaitu Memperkokoh dan Memperluas Dakwah Kemanusiaan Semesta.
Dia menegaskan, kegiatan Aisyiyah semuanya berkaitan dengan kemanusiaan. Salah satunya berasal dari melakukan hal-hal kecil seperti memilah sampah. Menurutnya ini merupakan hal yang sederhana tapi tidak mudah untuk dilakukan.
Meskipun tidak mudah, lanjutnya, tapi jangan sampai berhenti. Karena Aisyiyah harus bisa menjadi problem solving. Menjadi penyelesai sebuah persoalan yang luar biasa yang mengancam kehidupan manusia.
“Karena masalah sampah, muncul ungkapan kiamat sudah dekat. Ini menandakan bahwa problem yang dihadapi oleh manusia merupakan masalah yang sangat serius yang harus segera ditangani,” ujarnya.
Noordjannah menegaskan, persoalan-persoalan kemanusiaan lainnya yang menjadi bagian dari tantangan Aisyiyah adalah banjir, kemiskinan, stunting, lansia, dan moral anak-anak yang semakin menurun.
Problem-problem kemanusiaan itu tidak semata-mata hal fisik tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, termasuk korupsi. “Korupsi termasuk bencana kemanusiaan yang amat sangat besar melebihi bencana banjir. Korupsi merugikan rakyat. Jika merugikan rakyat berarti itu bencana,” ungkapnya.
Oleh karena itu, sambung dia, Muhammadiyah danAisyiyah harus terus menerus menginjeksi dengan menggunakan energi langit yakni dengan menggunakan nilai-nilai Islam berkemajuan yang bersumber dari al-Quran dan hadits agar tetap kuat dan kokoh.
“Yang ditampilkan oleh Muhamamdiyah dan Aisyiyah dalam kehidupan adalah membawa Islam rahmatan lil alamin, yaitu Islam yang menjadi rahmat dan menjadi fondasi untuk hidup berkasih sayang, berdamai, dan bertoleransi termasuk dengan mereka yang tidak memeluk agama Islam,” tutur ibu dua anak ini.
Perlu Penguatan dalam Aisyiyah
Noordjannah menekankan, menjadi Aisyiyah tetapi sering mengeluh, berarti bukan Aisyiyah yang sebenarnya. Menurutnya menjadi Aisyiyah perlu penguatan agar bisa menjiwai gerakan dan mengokohkan.
“Pelaku dakwah itu siapa?” pertanyaan retoris pun dia lontarkan. Pelaku dakwah yaitu aktivis Aisyiyah dan para penggerak dan penggembira Aisyiyah, sehingga Aisyiyah bisa semakin meluaskan dakwahnya.
Menurut dia meluaskan dakwah perlu dijiwai oleh nilai. Tidak sekadar berkumpul dalam suatu acara dengan menggunakan seragam Aisyiyah, karena Aisyiyah yang mendalam adalah ada, digerakkan oleh para pimpinannya, menggerakkan anggota, dan mengajak masyarakat luas untuk bisa memanfaatkan apa yang diberikan oleh Allah SWT.
Muhammadiyah dan Aisyiyah harus lurus, tidak boleh bengkok. Jika ada yang bengkok harus ada yang meluruskan. Selain itu juga harus mudah bergaul dengan semua kalangan, dengan banyak pihak.
“Mari kita menjadi teladan di lingkungan kita masing-masing di mana kita berada. Sebarkan virus keteladanan, sebarkan virus kebajikan, sebarkan virus kemanusiaan, sebarkan virus anti korupsi, sebarkan dan tegakkan rakyat hidup sejahtera di bumi Indonesia. Itulah dakwah kemanusiaan semesta,” tuturnya. (*)
Penulis Nadhirotul Mawaddah Editor Mohammad Nurfatoni