PWMU.CO – Muhammadiyah organisasi paling kaya diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr M Saad Ibrahim MA.
Dia meyampaikannya pada pembukaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Dai Komunitas Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah di Hotel Siliwangi Semarang, Sabtu (25/5/2024).
“Saya sering sampaikan di Muhammadiyah itu pengajian itu pengajian koma, bukan pengajian titik. Jadi tidak boleh PCM, PDM, PWM, PP pengajian hanya pengajian. Tapi dari ngaji itu menghasilkan perubahan dan menemukan masalah-masalah,” terangnya.
Menurutnya dari masalah-masalah (ide-ide baru) yang muncul maka akan memunculkan gerakan dan akhirnya mewujud menjadi amal usaha Muhammadiyah.
“Saya berkeyakinan Muhammadiyah organisasi yang paling kaya di dunia, bahkan di akhirat. Insyaallah amal usaha itu diterima oleh Allah, dan ketika diterima lalu dijadikan surga maka kaplingan surga itu sangat luas, karena amal usahanya sangat banyak,” imbuhnya.
Sa’ad menekankan Muhammadiyah bukan semata-mata mempertahankan Islam tetapi juga membangun tsaqafiah (peradaban).
“Membangun tsaqafiah. Yang tsaqafiah-nya itu berkemajuan, atstsaqafiah attaqadumiah. Jadi tidak semata-mata mempertahankan Islam,” jelasnya.
Hal itu ia sampaikan terkait dakwah komunitas yang selama ini memiliki sasaran utama komunitas agar mereka mau berislam dan mempertahankan keislaman mereka.
“Itu tidak berarti dakwah komunitas itu tidak penting, tapi jangan merasa paling penting. Untuk itu kita perlu membangun jaringan dan membaca komunitas,” ucapnya.
Sa’ad lantas menjelaskan bagaimana Nabi Muhammad SAW ketika memulai membangun peradaban di Mekkah dan Madinah.
“Nabi memulai membangun peradaban dengan dakwah. Berdakwah itu menghimbau, da’a yad’uw, da’watan, itu menghimbau,” terangnya.
Menurutnya makna dakwah bisa juga meminta, namun jika arti dakwah sebagai mengimbau dan mengajak itu ditujukan kepada manusia, maka arti dakwah sebagai meminta itu ditujukan kepada Allah SWT.
“Atau kalau doa, itu meminta. Jadi dai itu peminta-minta, tapi mintanya kepada Allah,” terangnya.
Menurutnya, memaknai dakwah sebagai meminta kepada Allah akan memberi kekuatan dalam menjalankan dakwah komunitas.
“Menghadapi orang sebenarnya tidak terlalu sulit. Karena orang itu punya hati. Dan hati itu yang menguasai Allah. Menghadapi komunitas pun itu hanya menghimbau, mengajak berislam,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa dakwah dalam arti mengajak maka harus dilaksanakan secara persuasif.
“Masuklah ke dalam dunia orang yang kita ajak, ya masuk ke dalam dunia pikiran dan jiwanya. Nanti kalau kita sudah ditolong Allah, kita akan bisa masuk ke dalam jiwa orang itu,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni