PWMU.CO – Antusiasme peserta Sosialisasi Penanggulangan Bencana dan Pelatihan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) membuat acara yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur di Gedung Balai Keagamaan Daerah No.92, Surabaya, Sabtu (25/5/2024) ini seru.
Hal ini terlihat saat peserta pelatihan berfokus menyimak setiap materi yang disampaikan narasumber. Salah satunya Rosi Novi Hedrawan ST MT dari Majelis Lingkungan hidup Penanggulangan Bencana (MLHPB) PWA Jatim.
Rosi hanya sedikit menyampaikam ulasan tentang materinya. Selebihnya dia memberi pendampingan diskusi. Dia menjelaskan, tahapan penyusunan rencana aksi kesiapsiagaan bencana itu meliputi pengindetifikasian ragam bencana yang sering terjadi, ancaman, rentanan, dan kapasitas. Tujuannya adalah sebagai konsep antisipasi penanggulangan dan pengurangan risiko bencana yang terjadi.
“Mulai tadi pagi, ibu-ibu sudah mendapat banyak materi tentang kebencanaan ya? Nah, sekarang kita buat rencana aksi kesiapsiagaan bencana di salah satu satuan pendidikan di daerahnya,” ujarnya.
Kemudian ia membagi peserta pelatihan menjadi sembilan kelompok untuk mengerjakan lima tugas yaitu:
- Matrik 1 Mengindentifikasi jenis dan tugas bencana
- Matrik 2 Peningkatan ancaman bencana
- Matrik 3 Karakter ancaman
- Matrik 4 Kajian risiko bencana
- Matrik 5 Rekomendasi rencana aksi
Diskusi dan Presentasi
Seluruh peserta menggeser posisi duduknya untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Penuh ‘huru-hara’ saat diskusi berjalan. Mereka saling berargumen melontarkan gagasan untuk menghasilkan keputusan yang baik. Ini membuktikan peserta masih one fire melaksanakan tugas hingga selesai.
Ditambah pula hal menarik dengan ragam nama kelompok yang unik. Yaitu Kelompok Satu, Edelwiss, Nusantara, Walidah, Siaga, Gadis Pantai, TPM (Tuban, Pasuruan, Mojokerto), Ngantar (Ngawi, Magetan, Blitar), dan Sakera Marlena.
Ketika nama kelompok itu disebut oleh narasumber malah bikin menggelitik di telinga. Suasana juga menjadi ramai dengan yel-yel kreatif yang diciptakan setiap kelompok.
Kelompok Gadis Pantai misalnya. Kelompok yang terdiri enam orang ini unjuk diri mempresentasikan hasil diskusi matrik satu tentang mengindentifikasi jenis dan tugas bencana. Mereka membuka presentasi dengan gerak dan lagu Prau Layar.
Sebagai intermezo, Etik Nova Puspita Reni SMat, sang ketua kelompok, menyampaikan alasan mengapa nama kelompoknya Gadis Pantai. “Karena kita dari daerah dekat pantai. yaitu Bojonegoro, Probolinggo, dan Situbondo,”ungkapnya.
Kemudian ia menjelaskan hasil diskusi matrik satu. Menurutnya, ada beberapa ancaman sesuai jenisnya. Meliputi ancaman geologi yang sering terjadi di daerah ini adalah bencana gempa bumi, banjir, dan tsunami.
Ancaman biologinya adalah banyak warga yang terjangkit penyakit kulit (gatal-gatal, alergi), demam berdarah, dan muntaber. Ancaman lingkungannya akan terjadi pencemaran air dari limbah parik, genangan air pascabanjir, dan terjadi pencemaran udara dari sampah yang menumpuk di daerah tersebut.
Usai presentasi, Etik memberikan instruksi untuk memulai gerak dan lagu lagi sebagai iringan untuk kembali ke tempat duduk mereka.
“Kelompok Gadis Pantai,” instruksinya. Maka terdengarlah sebuah lagu.
Yok konco ning isik gembiro
anglerap-lerap banyune segoro
angliayah numpak prahu layar
ing dino minggu ke pariwisoto.
Begitu bunyi liriknya. Semua peserta pun ikut bernyanyi. (*)
Penulis Wike Widiawati Editor Mohammad Nurfatoni