PWMU.CO – Haji adalah ibadah yang membutuhkan fisik prima. Mulai dari tawaf, sai, wukuf, mabid di Mina dan Muzdalifah, hingga lempar jumrah, semua memerlukan energi besar.
Bukan semata karena jarak tempuh yang panjang, tapi berkumpulnya 3 juta lebih jamaah dari seluruh dunia membuat ibadah haji membutuhkan daya tahan tubuh yang tinggi. Sebab, situasi antri dan berdesak-desakan menjadi makanan sehari-hari.
Tapi ketahanan fisik saja tidak cukup. Dibutuhkan juga mental yang kuat. Banyak jamaah yang fisiknya lemah namun tetap bersemangat menunaikan rangkaian prosesi haji, karena dorongan mental yang kuat itu.
Seperti yang dialami Mbah Adnan Asyhuri. Meski sedang menggunakan kateter, yakni pipa medis untuk membantu pembuangan air kencing, tapi tak menghalangi pensiunan KUA Dukun Gresik itu menunaikan prosesi haji.
Ketika datang di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, Arab Saudi, 18 Agustus 2017, Mbah Adenan masih belum menggunakan kateter. “Tapi waktu itu mulai terasa tak nyaman, karena tak bisa buang air kecil. Mungkin terlalu lama duduk di pesawat,” cerita Agus Muhammad Alhabsi, putra Mbah Adnan pada PWMU.CO, Ahad (3/9) di Mina. Menututnya, Mbah Adnan memang punya riwayat sakit prostat dan sudah pernah dilakukan tindakan operasi 4 tahun silam.
Agus pun segera melaporkan kondisi ayahnya ke dokter kloter. Tindakan medis dilakukan usai Mbah Adnan melaksanakan umrah. Oleh tim medis kloter, Mbah Adnan dirujuk ke klinik setempat untuk dibuatkan alat bantu saluran pembuangan air kencing. Sejak saat itu, kata Agus, ayahnya ke mana-mana membawa kateter itu.
Agus menjelaskan, meski dalam satu kloter, sebenarnya ia dan ayahnya beda kelompok KBIH. “Tapi karena kejadian ini (pemberian kateter, Red), bapak saya ajak bergabung ke sini. Dan Pak Aslich mengizinkan,” jelas Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Dukun Gresik itul. Yang dimaksud Pak Aslich adalah pembimbing KBIH Baitul Atiq yang dia ikuti.
Agus mengungkapkan, meski berketeter tapi ayahnya yang sudah berusia 75 tahun tersebut masih bisa mandiri. Itu berlangsung dalam ibadah tarwiyah, wukuf, mabid di Muzdalifah dan Mina. “Bahkan kursi roda yang sudah dibeli tidak dipakai. Bapak masih bisa jalan dan antri. Tapi ada hikmahnya, sebab sejak di Arafah kursi itu bisa digunakan Pak Aslich yang tiba-tiba mengalami kram kaki saat di Arafah,” cerita Agus yang juga menjelaskan bahwa untuk lempar jumrah dia yang mewakili. “Terlalu berat kalau harus ke Jamarat,” ucap Agus.
Mbah Adenan sendiri mengaku bersyukur sudah hampir final melakukan rangkaian ibadah haji ini. “Alhamdulillah sehat,” ujarnya singkat saat ditanya kondisi kesehatannya oleh PWMU.CO.
Prosesi haji yang rencana dilakukan Mbah Adnan lainnya adalah tawaf ifadah. “Insyaallah besok,” katanya. Yang sabar ya Mbah Adenan dan Mas Agus. Semoga haji mabrur! (MN)