Kisah Tukang Cetak Naik Haji; Liputan Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Matanya berkaca-kaca. Wajahnya sendu. Suaranya lirih, nyaris tak terdengar. Dengan terbata-bata, dia berucap pendek, “Mohon doanya supaya sehat dan selamat mulai berangkat sampai tujuan dan pulangnya nanti, amin.”
Pria dengan rambut 70 persen berwarna putih itu berdiri mematung. Dia tidak kuasa menahan haru. Air matanya tak terbendung, menetes membasahi pipinya. Tubuhnya yang tergolong besar itu seperti tak berdaya, bergetar. Rapuh.
Peristiwa itu terjadi pada 15 Mei 2024 di Rumah Makan Nyonya Attha Pondok Tjandra Indah Sidoarjo. Saat itu, Suroso, mendapat kesempatan berpamitan pada pimpinan dan karyawan Cakrawala sembari makan siang bersama.
Pria kelahiran 9 September 1965 itu adalah karyawan Cakrawala. Dia bekerja sejak 1 Februari 2000. Artinya Suroso sudah bekerja di perusahaan percetakan ini selama 24 tahun 3 bulan. Profesinya adalah tukang potong kertas. Dia operator mesin potong bermerek GW buatan Cina.
Sebelum kertas-kertas dicetak, tugas Suroso memotongnya terlebih dahulu sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Juga memotong hasil dari proses cetak. Itulah pekerjaannya sehari-hari bersama Damirin yang mengoperasikan mesin potong kertas merek Polar buatan Jerman.
Bisa dibilang Suroso adalah pegawai biasa. Levelnya bukan manajer atau pimpinan. Dan dia sadar bukan orang berkecukupan harta, apalagi kaya. Tapi dia terpilih sebagai salah satu karyawan yang dihajikan oleh kantor. Pada tahun 2012 dia didaftarkan dan mendapat nomor porsi. Semula diperkirakan akan berangkat tahun 2025 alias menunggu 13 tahun.
Tapi Suroso akhirnya bisa berangkat lebih cepat setahun karena masuk daftar tambahan kuota. Dia bersama jamaah calon haji Kota Mojokerto Jawa Timur pada berangkat tahun 2024. Tanggal 27 Juni, Suroso masuk Asrama Haji Sukolilo Surabaya untuk bersiap terbang ke Tanah Suci.
Direktur CV Cakrawala Abdul Aziz SE menjelaskan, pada tahun 2010 perusahaannya mulai mendaftarkan karyawannya untuk berangkat haji. Saat itu yang didaftarkan adalah Manajer Umum Mohammad Nurfatoni bersama istrinya, Siti Rondiyah. Keduanya menunaikan haji pada tahun 2017.
Selanjutnya adalah Manajer Keuangan Dwi Kusnardiyani SE yang didaftarkan tahun 2011 dan berangkat bersama suaminya, Ottok Kristanto (suami biaya sendiri) pada tahun 2019. Lalu Suroso tahun 2012 dan terakhir Manajer Produksi Zainuddin Arifin yang didaftarkan tahun 2013. Tapi takdir Allah berkata lain. Sebelum sampai pada jadwal keberangkatan haji yang diperkirakan di tahun 2026, Zainuddin wafat tahun 2021 karena Covid-19. Innalillahi wainnailairajiun.
Bonus Haji Diganti Umrah
Abdul Aziz menjelaskan, karena panjangnya masa tunggu haji (kini daftar tunggu di Jawa Timur sekitar 30 tahun) sehingga menimbulkan kerumitan—misalnya saat didaftarkan masih karyawan tapi saat tiba jadwalnya sudah pensiun—maka program karyawan naik haji diganti dengan umrah.
Sampai saat ini sudah ada empat karyawan yang diumrahkan kantor yaitu Mashadi (Kepala Mesin, tahun 2017), Harijaya Gunawan dan Hidayatulloh (keduanya Staf Marketing, tahun 2018), dan Damirin (Wakil Kepala Produksi, tahun 2019).
Menurut pendiri dan pemilik saham mayoritas Cakrawala itu, program haji dan umrah untuk karyawan ini menggunakan mekanisme bonus. “Kami memberi target laba tertentu pada manajemen. Kalau melebihi target, maka sebagian dari kelebihan itu digunakan untuk mendaftarkan haji atau umrah ini. Sebagian kelebihan lainnya dibagikan sebagai bonus karyawan,” terangnya, Senin (27/5/2024).
Aziz mengungkapkan, program seperti ini sebagai bagian dari visi perusahaan agar kebersamaan dengan karyawan tidak hanya berlangsung di dunia melainkan juga di Surga. Karena itu, di Cakrawala, para karyawan juga diajak shalat berjamaah Dhuhur dan Ashar di mushala kantor. Itu, menurutnya, sebagai simbol bahwa kantor juga peduli dengan urusan akhirat karyawan.
Sayangnya, badai pandemi Covid-19 membuat kinerja perusahaan turun. Seiring dengan itu target yang ditetapkan perusahaan belum mencapai keberhasilan seperti sebelum masa pandemi. Artinya program umrah karyawan belum bisa dilakukan lagi.
Aziz yang juga pemilik Sahelia Tours Umrah and Hajj (PT Sahabat Insan Mulia) itu berharap kondisi ekonomi segera membaik sehingga program umrah bisa berjalan lagi. “Alhamdulillah grafik omset dan laba perusahaan sudah merangkak naik dari tahun ke tahun pascapandemi,” ujarnya.
Tak Menyangka Naik Haji
Kepada PWMU.CO, Suroso mengaku sangat terharu bisa diberangkatkan haji dengan biaya penuh dari kantor. “Saya tak menyangka bisa memenuhi panggilan Allah ke Tanah Suci menunaikan ibadah haji. Alhamdulillah senang dan bahagia karena tidak semua orang bisa naik haji,” kata suami Yuni Kusuma Irianti itu.
Rasa bahagia itu karena dia hanyalah karyawan biasa. “Alhamdulillah ternyata tempat kerja kami memberikan fasilitas, yang itu benar-benar tidak kami sangka,” ujarnya.
“Terima kasih pada seluruh staf pimpinan yang telah memberikan kesempatan pada kami sehingga dapat menunaikan ibadah haji demikian pula pada seluruh rekan-rekan kerja yang juga telah ikut men-supprort kami,” ujarnya melalui pesan WhastApp yang dia kirim saat sudah berkumpul di Balai Kota Mojokerto, Senin (27/5/2024).
Ayah dua putri—Roihanah Mahdiyah (23) dan Nurul Azizah (19)—ini bersyukur bukan hanya karena orang biasa bisa naik haji. Sakit Diabetes melitus alias kencing manis yang dideritanya juga sempat membuatnya khawatir gagal berangkat.
Tapi alhamdulillah, akhirnya dia lulus tes kesehatan dengan status ‘Istithaah dengan Pendampingan’. Maka dia mendapat bekal suntikan insulin selama di Tanah Suci. Wajar bila dia berkali-kali minta doa supaya sehat dan lancar dalam menjalankan ibadah haji sehingga mencapai mabrur.
Karena sakitnya itu pula kantornya memberi dispensasi pada Suroso untuk melakukan perawatan di luar ketentuan yang berlaku pada karyawan lainnya. Di samping itu masa kerja Suroso juga diperpanjang atas permintaannya sendiri. “Saya mohon masih boleh bekerja Pak, karena anak kedua saya belum lulus sekolah,” kata dia setahun lalu.
Tangis haru Suroso tak bisa dilepaskan dari dua hal itu: dapat hadiah haji dan lolos tes kesehatan. Semoga sehat, lancar, dan menjadi haji mabrur, Pak Suroso! Amin. (*)