PWMU.CO – Tuhan, Izinkan Aku Berdosa (TIAB) garapan sutradara Hanung Bramantyo menyuguhkan drama religi dengan bumbu isu sensitif negeri ini.
Skenario film yang ditulis Ifan Ismail ini memiliki eksekusi cerita dan ide berani. Berangkat dari adaptasi novel bertajuk Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhiddin M Dahlan yang rilis 2003 ini, TIAB menyajikan kepedihan ketika melihat perjalanan Kiran yang diperankan Aghniny Haque.
Film ini memiliki keberanian dalam mengangkat isu sensitif yang dikemas dalam alur cerita mampu menggugah pikiran penonton. Tak ayal, ketika selesai menonton, banyak yang berkomentar, “Kog seperti di Indonesia sih.”
Begitupun dengan saya, ketika menonton, Ahad (26/5/2024).
Kehadiran film TIAB pun berpacu dengan dominasi film bergenre horor yang lagi santer, termasuk Vina: Sebelum 7 Hari.
Sejak awal menyaksikan film TIAB, kita disajikan tontonan kepedihan tokoh Kiran. ‘Siklus’ kepedihan ini ditempatkan mulai alur awal sampai dengan akhir cerita. Meskipun, pada endingnya Kiran ‘merasa menang’ dengan suguhan video syur yang diputar saat tokoh Alim Suganda yang diperankan Nugie melakukan siaran langsung talkshow di sebuah televisi.
Sepanjang cerita, penonton berhasil dilibatkan penuh emosi dan pergulatan batin tokoh Kiran. Melalui aktingnya, dia berhasil memerakan tokoh dengan segala penuh derita berkepanjangan melalui alur maju-mundur ini.
Film TIAB ini mencoba bercerita tentang trauma, ketidaknyamanan, kebohongan, kepalsuan, dunia penuh topeng bopeng-bopeng. Termasuk, sindiran terhadap pejabat atau politisi yang sedang meniti karier politik. Bumbu pelecehan seksual menjadi sangat kental sebagai ‘syarat mutlak’ memuluskan jalan hidupnya terlihat jelas dari film ini.
Kisah film itu berpusat tentang Kiran, seorang mahasiswi yang memiliki cita-cita luhur. Namun, suatu hari, kehidupannya berubah setelah dituding menyebarkan fitnah terhadap ulama besar.
Dari fitnah ini, Kiran memulai ‘petualangan’ diri dalam dunianya. Maka, dia pun mulai belajar merokok, minum-minum di club malam, bahkab indekos di tempat prostitusi milik Ami yang diperankan Djenar Maesa Ayu dengan alasan biaya murah.
Di sinilah awal mulai tokoh Kiran mencicipi dunia hitam sebagai pelarian diri sekaligus pelampiasan dalam menemukan jati diri. Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa telah membuat penonton bertanya-tanya kembali, apakah ini mimesis atau keadaan yang sedang bermasalah dan layak untuk masuk IGD? (*)
Penulis Ichwan Arif.