PWMU.CO – Puisi Kader Nasyiah Siti Maftukhah menguatkan Ketua PDNA Bojonegoro Ulfi Hidayatul Asfi SPd. Pasalnya, ia berduka sebab suami tercintanya, Roni Setiawan, menghadap Ilahi pada Sabtu (25/5/2024).
Suasana duka menyelimuti grup besar WhatsApp Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Bojonegoro pagi itu. Salah satu Pimpinan Harian Anis Suryani mengirim pesan pukul 05.56 WIB.
“Assalamualaikum. Innalillahi wainnailaihi raajiun. Segenap PDNA Bojonegoro turut berduka cita atas meninggalnya Bapak Roni Setyawan, suami Ayunda Ulfi Hidayatul Asfi, Ketua PDNA Bojonegoro,” tulisnya.
Teriring pesan itu, ia juga menuliskan doa, “Semoga amal ibadah beliau menjadi amalan shalih dan diterima di Sisi Allah SWT, diampuni segala khilaf. Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wa’fuanhu.”
Seakan tak percaya satu sama lain, mereka saling bertanya setelah mendoakan almarhum Roni Setiawan, Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kanor dan Kepala MTs Muhammadiyah Simbatan, Kanor, Kabupaten Bojonegoro. Almarhum meninggal karena serangan jantung saat Subuh.
Roni Setiawan meninggal di usia 41 tahun. Ia meninggalkan seorang istri Ulfi Hidayatul Asfi dan tiga orang buah hati. Putra pertama sedang menempuh pendidikan di Gontor kelas II SMA, putri kedua kelas III di MIM 18 Sumberrejo SD, dan putra terakhir di TK A ABA Sumberrejo.
Berikut catatan puisi berisi doa yang terkirim di grup besar PDNA Bojonegoro untuk menghibur Ulfi yang sedang berduka.
Puisi
Kami bersamamu
jangan menyerah perempuan tangguh!
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami akan kembali.”
Seperti mimpi, tak percaya tapi nyata
kabar duka menyeruak di semua grup WA
saudara kami telah berpulang mendahului
doa-doa terbaik kami panjatkan
semoga Allah SWT berikan tempat terbaik disisi-Nya. Aamiin
Ayunda….
siapapun pasti bersedih
siapapun pasti berduka saat ditinggal orang yang dicintai
orang yang selalu mendampingi dalam suka dan duka
pemimpin yang selalu ada di setiap saat dan situasi
Ayunda….
menangislah jika itu cara terbaik untuk melepas semua asa
tetapi janganlah engkau larut dalam duka yang tak berujung
berprasangka baiklah kepada sang maha segalanya
karena sang pencipta lebih tahu apa yang terbaik untuk setiap hambanya
Ayunda….
bukankah diri ini ada sang pemiliknya
jika sang maha segalanya sudah berkehendak mengapa harus berontak?
bukankah takdir Allah itu yang terbaik meski kadang kita berat menerimanya
bukankah kita yakin bahwa Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hambanya
Ayunda….
jaga kesehatan diri dengan baik
istirahatkanlah jika raga tak mampu lagi terjaga
jangan bersedih dalam duka lara tak berkesudahan
pasrahkan semuanya kepada sang maha segalanya
kuatkan diri untuk menatap hari esok
yakinlah bahwa sang pencipta akan selalu membersamai setiap hambanya
Ayunda….
jadilah nakhoda terhebat untuk anak-anak
kuatkan dan dampingi mereka untuk mewujudkan cita-citanya dan juga cinta-cinta abinya
Insyaallah akan banyak pundak yang akan turut menjadi penyangga
Insyaallah akan banyak tangan yang akan turut serta menggandeng di setiap langkah
Insyaallah kami pun akan turut serta di barisan mereka yang membersamaimu
Jangan menyerah perempuan tangguh
semangat ya
Ayunda harus kuat demi masa depan anak-anak
kami semua akan selalu membersamaimu
Ayunda….
ikhlaskan, ikhlaskan, ikhlaskan
meskipun berat ikhlaskanlah
lepaskan Ia dalam keheningan dan kelapangan hati untuk kembali kepada sang penciptanya
biarkan Ia tenang di alam sana dalam rengkuhan dan dekapan kebahagiaan dari sang pemilik cinta sejati
bukankah kita pada akhirnya juga akan menyusul untuk kembali kepangkuan-Nya
kembali kepada sang pemilik keabadian Allah SWT
إنا لله و إنا إليه راجعون.
أللّهمّ اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه وأكرم نزوله ووسّع مدخله. وأدخله الجنّة وأعذه من عذاب القبر وفتنته ومن عذاب النّار.
آمّين يآ ربّ العالمين.
Pesen, Kanor, Kabupaten Bojonegoro, 25 Mei 2024.
Siti Maftukah. (*)
Penulis Cebeng Alhudayatul Ustadza Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni