PWMU.CO – Kampung Berdaya Unggas Petelur merupakan program pemberdayaan zakat Lazismu Jatim di Kabupaten Blitar.
Tim Lazismu Kantor Perwakilan (KP) Jawa Timur (Jatim) mengadakan monitoring dan evaluasi (monev) pada dua titik lokasi kelompok jamaah usaha unggas petelur, Selasa (28/5/2024.
“Upaya pemberdayaan mustahik berupa pendayagunaan dana zakat untuk program peternakan mandiri Kampung Berdaya Unggas Petelur di Kabupaten Blitar yang digulirkan oleh Lazismu Jatim. Hari ini kita monev apakah telah berjalan dengan baik dan lancar?” terang Aditio Hudoyo.
Menurutnya kegiatan monev juga bertujuan untuk memantau dan mendokumentasikan secara langsung progres usaha unggas petelur di Kampung Berdaya di dua desa di kabupaten Blitar, yakni di desa Ampel Gading kecamatan Selorejo dan dusun Tunggorono desa Kalimanis kecamatan Doko.
Tim KP Lazismu Jatim turut hadir dalam monev kali ini, terdiri dari Aditio Yudono (Wakil Ketua IV: Bidang Pendayagunaan dan Pendistribusian), Zaenal Abidin SSos MSi (Wakil Sekretaris) dan Achmad Saifu (Anggota Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan). Monev ini didampingi langsung Sigit Prasetyo SE, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Blitar.
Tahap Memelihara Ayam Petelur
Menurut Sigit, program kampung berdaya ternak ayam petelur ini sudah memasuki bulan keempat dengan tahapan sebagai berikut:
Awal, menerima bantuan ayam, kandang, dan pakan
- Bulan ke-1 pemeliharaan awal 30-40 hari
- Bulan ke-2 mulai bertelur, tapi belum stabil
- Bulan ke-3 mulai bertelur stabil dan mulai dijual
- Bulan ke-4 telur mulai dijual dan mendapatkan hasil.
“Setiap tahap punya tantangan dan fase krisisnya sendiri-sendiri. Di tahap awal warga mulai buat kandang harus memperhatikan faktor lingkungan, pakan dan pemeliharaan demi pertumbuhan ayam yang maksimal. Makanya di program ini dilakukan berjamaah, tanggung renteng,” terang Sigit yang juga pengurus Lazismu Jatim.
Di bulan pertama pemeliharaan, warga dibekali dengan modal pakan sebanyak 2 ton yang bisa cukup untuk 30 hari lebih. Di bulan berikutnya itulah peternak menghadapi fase krisis pertama.
“Di fase krisis pertama inilah peternak harus putar otak, bagaimana mencari dana untuk pakan dan pemeliharaan sampai fase ayam mulai bertelur?” tegas Sigit yang merupakan Direktur PT Jatinom Indah Farm Blitar, perusahaan di bidang peternakan ayam.
Faktanya dalam monev tersebut kedua kampung terbukti mampu lolos dari krisis di fase tahap pertama.
“Peternak di Selorejo berswadaya urunan sepuluh anggotanya. Sedangkan di Doko ditalangi pakai kas masjid setempat. Alhamdulillah, mereka mampu mencari solusi kekurangan dana dalam pemeliharaan ayam di tahap awal,” ungkap Zaenal tim Lazismu Jatim yang berniat membukukan semua catatan harian progres dari program ini.
Godaan Punya Uang
Sigit mengatakan, ada lagi fase krisis berikutnya yang sangat merusak dan menyebabkan banyak peternak jatuh dan bangkrut. Yakni, saat mulai ada hasil dari berjualan telur yang dipanen setiap hari.
“Saat peternak ayam telur mulai merasakan hasil uang dari berjualan telur. Biasanya mulai muncul godaan pengin beli ini beli itu. Hati-hati, inilah yang biasanya bikin kita jatuh. Makanya program ini dibuat berjamaah agar saling mengingatkan,” terang Sigit.
Dia pun berbagi resep bagaimana bisa lulus dari cobaan krisis di tahap ini, yakni dengan belajar menahan dan menunda keinginan.
“Derek-derek warga tahu kan? Agar seseorang bisa sakti mandraguna mesti kudu tirakat, kudu poso, topo broto. Poso kuwi kudu iso nahan keinginan, nahan nafsu. Iso ora?” tanya Sigit yang disambut tawa seluruh warga yang hadir.
Akhirnya Sigit menjelaskan betapa warga harus bisa menahan sekaligus mengolah hasil uang dipakai untuk mengembangkan usaha peternakan ayam petelur ini. Jangan langsung dibagi dan dinikmati bersama.
“Kita semua pengin agar 400 ayam sekarang ini, nantinya bisa jadi 2.000 ekor ayam. Jika mungkin bisa jadi 20.000 ekor ayam. Pengin ngak? Insyaallah keberhasilan ternak ayam petelur ini bisa mensejahterakan warga. Mampu mengentaskan kemiskinan,” harap Sigit dengan optimis.(*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Mohammad Nurfatoni