PWMU.CO – Arek ndeso ditunjuk menjadi delegasi konferensi ASEAN Youth International Model United Nations (AYIMUN) ke-14 di Kuala Lumpur Malaysia pada 2-5 Agustus 2024 mendatang.
Dia Ahad Muzakki. Arek ndeso dari Desa Watu Gede Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Dia alumnus MI Muhammadiyah 1 Pare tahun 2016.
Putra kelima dari pasangan Koesyono Tri Satyo dan alamrhumah Marsiya. Saat ini kuliah di jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Juga kuliah Jurusan Hukum Universitas Terbuka Malang.
Ahad Muzakki adik kandung Ketua PCM Puncu Fath of Narendra. Dia rajin kuliah dan aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Aufkalrung Fakultas Teknik UMM.
Dia menjelaskan, ASEAN Youth Internasional Model United Nations (AYIMUN) merupakan salah satu acara Sidang Umum PBB yang diisi oleh para pemuda dari berbagai penjuru dunia. Agenda membahas isu global terkini pada abad ke -21.
Penyelenggara acara ini Internasional Global Network, sebuah organisasi pengembangan pemuda.
AYIMUN pertama kali diselenggarakan pada tahun 2017. Karena pandemi Covid-19 kegiatan berikutnya diadakan secara daring. Tahun 2022 diadakan secara luring dan daring.
Dia bercerita, bisa ikut acara ini dengan mendaftar dan penyerahan dokumen. Setelah lolos namanya masuk di pembagian dewan dan negara yang mewakili dalam rapat komite.
Ahad Muzakki bergabung dalam dewan yang ditawarkan yaitu Dewan UNICEF.
Kemudian tahap penyerahan artikel. Dipilih yang terbaik untuk diberikan penghargaan.
”Acara ini mengajarkan peserta ketrampilan diplomasi hubungan internasional, penelitian, berbicara di depan umum, debat, menulis, berpikir kritis, kolaborasi, ketrampilan, dan kepemimpinan,” katanya.
Peserta konferensi, sambung dia, harus melakukan penelitian sebelum konferensi dan diperdebatkan dengan peserta lainnya dari berbagai penjuru dunia.
Dia mengatakan, ikut konferensi ini menjadi pengalaman internasionalnya, meningkatkan pengetahuan tentang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), melatih pemikiran kritis terhadap isu-isu global, dan memecahkan masalah internasional.
Menurut Zaki, panggilan akrabnya, forum ini bukan sekadar bicara, tapi menerapkan pembelajaran praktik, sejalan dengan filosofi kurikulum merdeka. ”Menekankan pendekatan yang berpusat pada peserta dan mendorong pembelajaran mandiri,” ujarnya.
Menjadi delegasi dalam konferensi ini, Zaki merasa bangga. Karena dia arek ndeso bisa hadir di pertemuan pemuda ASEAN. ”Rasa gugup tetap ada, apalagi ajang ini bertaraf internasional, karena itu harus mempersiapkan yang terbaik seperti riset akademis, public speaking bahasa Inggris, negoisasi, dan relasi,” tuturnya.
Penulis Dahlansae Editor Sugeng Purwanto