PWMU.CO – DLH Gresik mengunjungi SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri) Gresik Jawa Timur, Selasa (22/5/2024).
Tepat pukul 09.30 WIB siang, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik melakukan memonitoring dan memberikan Penyuluhan perihal Gresik Kawasan Merdeka Sampah (GKMS).
Dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik hadir Drs Umaya, Nurul Fadlilah, dan Farid. Tiga tamu tersebut langsung disambut hangat oleh Wakil Kepala SD Muwri Rahmat Syayid Syuhur, Kepala Urusan Kurikulum Miftakhul Muzdzalifah dan Koordinator Marketing Mufidatul Latifah, beserta jajaran struktural lainya.
Ketua Tim Rombongan DLH Gresik Drs Umaya menyampaikan, kami sengaja datang ke SD Muwri secara mendadak untuk monitoring.
“Dan ini sengaja tanpa pemberitahuan terlebih dahulu supaya kami tau kondisi riil sekolah apa adanya, apa memang sekolah ini mempunyai program dalam menangani sampah di sekolah dengan Program Zero waste,” katanya.
Rombongan diajak berkeliling di area sekolah, tempat pertama yang dituju adalah Kantin Ibnu Sayyar, Tim melihat kondisi jajanan maupun minuman yang ada di Kantin, apakah menyajikan makanan sehat dan tidak mengunakan plastik.
Tujuan selanjutnya ke Green House, Kotak Sampah Trawang tempat sampah organik, Rumah Daun serta melihat ruang yang ada di SD Muwri, dan melihat poster edukasi Zero Waste maupun peduli lingkungan yang ditempel maupun yang digantung di tembok.
Selanjutnya tim sosialisasi kembali menuju kantor untuk memberikan masukan maupun saran dalam rangka mewujudkan sekolah Zero Waste.
Tim DLH Gresik Nurul Fadlilah menyampaikan, Kawasan Merdeka Sampah menjadi program Pemkab Gresik lewat Dinas Lingkungan Hidup untuk memberikan edukasi ke setiap instansi maupun Lembaga sekolah.
“Kami berharap ada Lembaga yang betul betul menerapkan program tersebut dan nanti menjadi role model, kami bekerja sama dengan sekolah Muhammadiyah maupun Nahdatul Ulama. Kami berharap SD Muwri menjadi salah satu role model tersebut karena sudah menjadi Sekolah Adiwiyata Nasional,” jelasnya.
Istikamah
Umaya berharap SD Muwri bisa istikamah dalam berzero waste di lingkungan sekolah. “Kami berharap ada pencatatan soal sampah yang dihasilkan oleh sekolah, dengan kata lain ada catatan data pengurangan sampah oleh sekolah, disamping itu harus ada inovasi dari sekolah,” katanya.
Ada mekanisme pengelolaan persampahan di sekolah, ada bank sampahnya, ada bank sampah untuk sampah anorganik, dan ada produk daur ulang sampah nya untuk sampah anorganik. Adapun untuk sampah organik, harus ada pengelolaan sampah organiknya, karena produk sampah terbesar adalah sampah organik. “Untuk itu harus ada pengelolaan sampah organiknya,” tegasnya.
Disamping lewat pengomposan di bata terawang, perlu juga komposter unaerof yaitu komposter yang menghasilkan kompos, juga sekaligus menghasilkan pupuk cair (POC). Ada biopori sekaligus komposter, bank eco enzime, sedangkan untuk sampah organik perlu ada produk eco enzime dan produk kompos yang dihasilkan.
“Tentunya perlu ada tim atau petugas dari siswa, seperti tim warrior atau kader lingkungan yang sudah dibentuk di SD Muwri,” jelasnya. (*)
Penulis Mufidatul Latifah. Editor Ichwan Arif.