PWMU.CO – Es Cendol Bunga Telang laris manis di SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (SD Mugeb), Kamis (30/6/2024) pagi. Siswa kelas V menjualnya di selasar depan kolam ikan koi.
Keramaian bermula dari siswa kelas V Engine yang pertama kali menjual di sana. Mereka adalah Salysa Putri Yunaryo, Maisyara Salsabila Nadhifa, Nida Rasyida Harimurti, Queene Thirdyan Aurennine, Callia Athifa Kallani. Sementara siswa kelas V lainnya masih berusaha memasak cendol berwarna biru khas bunga telang itu di lapangan futsal.
Baru berjualan 4 menit, santan mereka habis. Para pembeli masih mengerubungi meja mereka sambil menantikan es yang segar itu. Sambil menuangkan santan ke gelas plastik, Salysa langsung mengarahkan temannya dalam bahasa Jawa. “Santannya kurang. Tolong ambilkan santannya!” ujarnya cepat.
Callia langsung bergerak mengambil wadah santan yang kosong. Dia bergerak menjauh dari kerumunan di meja kelompoknya. Namun sedetik kemudian berbalik lagi sambil bertanya, “Santannya di mana?”
“Di lapangan futsal! Di sana pokoknya, coba cari,” jawabnya.
Sambil menunggu pasokan santan itu, mereka lanjut bekerja sama menuangkan cendol biru, gula merah, dan es batu ke gelas plastik. Sementara Nida fokus menerima uang dan memberikan kembalian kepada calon pembeli yang mengelilingi stan mereka.
Berselang 5 menit, Callia datang membawa sebaskom santan. Satu per satu pembeli terlayani. Setelah itu, giliran mereka kehabisan gula. “Gulanya habis, siapa yang mau mengambilkan? ” ujar Nadhifa.
Giliran Auren cekatan bergerak mengambil gula merah di lapangan futsal. Aktivitas berjualan di lapak terus berlanjut. Callia menjajakan dagangan kelompoknya, “Cendole, cendole, ayo beli, murah meriah!”
Riuh jual-beli ini membuat para guru dan siswa bertanya-tanya. Pasalnya, tak ada pengumuman jadwal Entrepreneur Day hari itu. Kantin juga berjualan.
“Sedang apa mereka?” tanya Yuanita Anggun Candra Yudha SPsi, guru bimbingan konseling yang ruangannya tepat di depan stan.
Kepada PWMU.CO, Callia menjelaskan kegiatan itu bagian dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). “Kita nggak cuma berjualan es cendol bunga telang, kita juga bikin sendiri cendolnya. Aku tadi ikut menimbang dan memasak juga,” ungkap Finalis Yuk Cilik Gresik 2024 itu.
Callia pun lanjut menjelaskan bahan-bahan yang kelompoknya timbang. “Tepung tapioka 200 gram, tepung maizena 250 gram, gula pasir 150 gram, dan jelly warna biru rasa original 2 bungkus,” terangnya.
Adapun cara memasaknya, kata Callia, pertama harus memanaskan air pakai api sedang. “Kalau sudah lumayan blub-blub-blub airnya, masukkan gula,” ujarnya.
Sambil menunggu gulanya mencair, lanjut Callia, masukkan air biasa di mangkok. “Campur tepung maizena, tapioka dan jeli. Aduk sampai tidak ada yang menggumpal. Kalau sudah, masukkan ke panci. Aduk sampai kental terus masukkan air bunga telang. Aduk lagi sampai biru atau ungu,” ungkapnya.
Setelah itu, kata Callia, isi air dingin di mangkok lain. “Ambil cetakan cendol. Masukkan adonan ke cetakan. Tutup, pindah ke mangkuk air. Pencet lalu putar,” imbuhnya.
Kelompok Callia beruntung karena cendolnya cepat matang dan berhasil. Dalam 15 menit, es cendol bunga telangnya ludes terjual.
Sementara kelompok dari kelas lain yang masih membutuhkan waktu untuk memasak cendolnya pun perlu usaha lebih untuk menjual. Seperti yang Ibaad Rafaat Firas kelas V Civil lakukan. Rafa, sapaan akrabnya, berkeliling kelas dan ruang-ruang di SD Mugeb untuk menjajakan es cendol kelompoknya.
Berbeda dengan kelompok Callia yang hanya diwadahi gelas plastik, cendol kelompok Rafa ini dikemas apik dalam botol plastik dengan tertempel label ‘5 Civil Cendol Telang Oishii Kelompok 2’. Ada pula petunjuk cara mengonsumsinya: shake before drink (kocok sebelum minum).
Keberanian dan upaya persuasif yang Rafa tempuh membuahkan hasil. Produk es cendol bunga telang kelompoknya terjual dua botol di ruang bimbingan dan konseling. Senyum lebar tergambar di wajah bocah laki-laki yang memakai apron gajah berwarna biru muda itu.
Begitu pula kelompok Nada Janeeta Permana dari kelas V Bussiness. Mereka menjajakan dari kelas ke kelas. “Matangnya lama soalnya menunggu kental dulu cendolnya,” ceritanya dengan wajah lelah. Namun ia bersyukur ada sebagian es cendolnya yang sudah laku terjual. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni