PWMU.CO – Salah satu prosesi haji adalah melempar jumrah yaitu batu-batu kecil sebanyak 7 kali setiap lemparan. Kegiatan itu berlangsung selama 4 hari bagi yang melaksanakan Nafar Tsani yaitu melempar jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijjah dan jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada 11, 12, dan 13. Sedangkan yang mengambil Nafar Awal hanya sampai 12 Dzulhijjah. Pelaksanaan kegiatan berlangsung di Jamarat, yaitu tempat pelemparan jumrah yang ada di Mina.
Lempar jumrah termasuk prosesi haji yang berat. Pertama karena jarak tempuh antara Jamarat dengan tenda jamaah di Mina rata-rata jauh. Dari tempat PWMU.CO menginap misalnya adalah 5 km. Jadi pergi pulang sehari bisa 10 km-an.
Faktor berat lainnya adalah soal jumlah jamaah yang melakukan lempar jumrah. Apalagi di waktu-waktu utama. Diperkirakan 3 juta lebih jamaah yang melaksanakan haji. Selain itu beban berat harus tinggal (mabid) di Mina selama kegiatan itu, dengan fasilitas tenda dan toilet yang terbatas.
“Apa sesungguhnya di balik ibadah yang melelahkan itu?” demikian pertanyaan KH Aslich Maulana, Pembimbing KBIH Baitul Atiq mengawali ceramah bakda jamaah qashar Isya di tenda Mina, Ahad (3/9).
(Baca: Hilang di Mina, Kursi Roda yang Akan Dipakai Mbah Adenan untuk Tawaf Ifadhah)
Aslich menjelaskan sejarah lempar jumrah bermula dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk mengurbankan Nabi Ismail, melalui wahyu yang disampaikan lewat mimpi.
Atas perintah itu, papar Aslich, iblis berusaha untuk mempengaruhi Ibrahim, istri (Siti Hajar), dan anaknya, Ismail, agar tidak menjalankannya.
Segala bujuk rayu dilakukan iblis agar perintah penyembelihan itu tidak dilaksankan. “Iku mek mimpi. Kembangane wong turu. Mosok anak arepe disembelih (Itu hanya mimpi itu bunga tidur. Masak anak sendiri akan disembelih),” kata Aslich dengan bahasa Jawa menggambarkan rayuan iblis pada Nabi Ibrahim.
Dalam penjelasannya, Aslich mengatakan bahwa adanya kegiatan Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah sebagai hari ketika Nabi Ibrahim memikirkan kebenaran mimpinya itu. “Akhrinya Nabi Ibrahim sampai pada kesimpulan bahwa mimpi itu benar (wahyu),” jelas dosen Universitas Muhammadiyah Gresik itu.
Bujuk rayu iblis tidak berhenti di situ. Siti Hajar pun dipengaruhi. “Ibu Hajar dibisiki, ‘Bojomu iku wes gendeng. Mosok anak arep disembelih (Suamimu apa sydah gila, masak anak mau disembelih)’,” ungkapnya mengilustrasikan rayuan iblis. “Tapi Ibu Hajar juga tak mempan dipengaruhi.”
Karena itu, lanjut Aslich, giliran Nabi Ismail yang dibisiki Iblis. “Masak kamu ini anak tunggal, anak yang diharapkan, mau disembelih,” ujar Aslich menirukan bisikan iblis. “Tapi nampaknya tiga orang ini kompak. Tak mempan dipengaruhi iblis.”
“Apa yang dilakukan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian ditetapkan sebagai syariat haji berupa pelemparan,” jelasnya.
Ketika melempar Jumrah Ula, jelas Aslich, itu artinya melempar iblis yang mempengaruhi Nabi Ismail. “Ketika kita melempar Jumrah Wutsha itu artinya kita melempar iblis yang menggoda Ibu Hajar,” paparnya.
(Baca juga: Doa Haji Mabrur Menag dari Jamarat)
Dan di Jumrah Aqabah, kata Aslich, kita memerangi iblis yang menggoda Nabi Ibrahim.
“Jika kita merefleksikan, Jumrah Aqabah itu melempar diri sendiri. Melempar Jumrah Wutsha itu artinya melempar godaan pasangan hidup, istri atau suami. Dan melempar Jumrah Ula itu artinya melempar godaan anak-anak kita,” jelas Aslich.
Di Muzdalifah, kata Aslich, kita dikarantina semalam untuk menyiapkan peperangan dengan mengambil batu-batu di sana. “Sebanyak 49 batu bagi yang nafar awal dan 70 bagi yang nafar tsani, seperti yang kita lakukan. Artinya perangnya semakin lama,” terangnya.
Aslich menjelaskan bahwa kehidupan rumah tangga itu akan sukses jika kita lulus dari ujian dan godaan yang mempengaruhi diri sendiri, pasangan hidup, dan anak-anak. “Jadi lempar jumrah itu pada hakikatnya memerangi godaan-godaan yang dialami diri sendiri, pasangan hidup, dan anak-anak kita,” jelasnya.
Di akhir ceramahnya Aslich berdoa semoga jamaah haji mampu melawan godaan iblis yang selalu mempengaruhi kehidupan manusia. “Semoga haji kita mabrur, diterima Allah dan dosa-dosa kita diampuni-Nya,” ucapnya. Amin. (MN)