Wisuda SMP Muhammadiyah 1 Pare, Ini Pesan Ketua PDM

Wisuda SMP
Undangan wisuda SMP Muhammadiyah 1 Pare. Dari kiri Ketua MIM 1 Pare Eri Nurohim, Ketua PDM Kab Kediri Ihwan Nurhadi, dan Pandu Septian. (Dahlansae/PWMU.CO)

PWMU.CO – Wisuda SMP Muhammadiyah 1 Pare Kediri bertempat di Gedung Serbaguna Pare, Kamis (30/5/2024).

Sebanyak 65 siswa mengikuti wisuda penglepasan di SMP Muhamamdiyah 1 Pare ini.

Ketua PDM Kabupaten Kediri Ihwan Nurhadi mengatakan, dengan perkembangan teknologi digital seolah dunia sudah ada di genggaman. Maka pendidikan juga harus menyesuaikan.

”Kita mondok di Darul Muslimin Muhammadiyah hafidh Quran tapi teknologi ketinggalan, itu tidak boleh. Hafidh Quran teknologi harus bagus. Karena itu ada sinergi antara SMP Muhammadiyah dengan Pondok Darul Muslimin Muhammadiyah sehingga menjadi kader-kader terbaik,” ujarnya.

Anak-anak zaman dulu kalau ditanya cita-cita, jawaban paling banyak ingin menjadi dokter, polisi, tentara. ”Anak sekarang sudah ada perubahan luar biasa. Di antara 7 dari 10 anak ingin menjadi youtuber,” katanya.

Zaman dulu memandang orang sukses itu dokter, polisi, TNI. Zaman sekarang sudah berubah eranya. Muncul content creator, duduk di rumah, pundi-pundi keuangan sudah datang sendiri. Tidak harus duduk di kantor.

”Sekarang jadi Youtuber dianggap duitnya lebih banyak melebihi seorang dokter ,TNI maupun profesi lainnya,” ujarnya.

Maka sekolah diharapkan berperan, sekolah harus mengikuti perkembangan. Karena  sepuluh tahun yang mendatang akan ada perubahan lagi. Perubahan memaksa kita harus menyesuaikan.

”Namun tidak  boleh  meninggalkan adab dan akhlak. Mayoritas orangtua merasakan dengan perkembangan teknologi luar biasa itu ada satu yang hilang yaitu adab anak bertutur kata kepada orang tua, ternyata mereka tidak mengindahkan akhlak,” tuturnya.

Anak-anak sekarang  berpedoman:  selama tidak mengganggu anda, maka jangan ganggu kami.

Dia berpesan, apa pun profesi adab dan akhlak haruslah di atas semuanya. Orangtua tidak merasa bangga, anda sukses, mengirimi uang, tetapi akhlaknya terhadap orangtua tidak ada.

”Orangtua merasa hatinya sejuk, ketika anda semua memiliki adab dan akhlak,” tandasnya.

Dia mengingatkan, orangtua itu pernah mengalami zaman seusia anak-anak, tapi siswa belum merasakan seperti bapak ibu kalian, maka apapun yang disampaikan oleh orangtua adalah sebuah pengalaman,  berarti itu terbaik bagi kalian.

”Setiap orang punya catatan sejarahyang berbeda, maka catatlah sejarah diri anda menjadi catatan sebuah kebaikan,” tuturnya. ”Jangan mengumpulkan catatan keburukan.”

Kini para siswa memasuki jenjang pendidikan SLTA. Artinya sudah tambah dewasa. Harus sudah mengerti tanpa disuruh.

”Sudah SMA jangan bertingkah laku seperti anak TK, harus beda. Ketika TK mendengar adzan bapaknya menyuruh ndang nang masjid shalat berjamaah itu saat anda TK cocok. Tapi mulai detik ini anda telah usia SMA, maka tidak boleh ada kata-kata seperti itu terucap dari kedua orangtua kita, karena masalah shalat berjamaah sudah selesai,” tandasnya menutup sambutan wisuda SMP Muhammadiyah 1 Pare.

Penulis Dahlansae  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version