PWMU.CO – Jati diri Aisyiyah menjadi bahasan ceramah Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Prof Dr Nazaruddin Malik SE MSi dalam peringatan Milad ke-107 Aisyiyah di Aula BAU UMM, Ahad (2/6/2024).
Acara ini diadakan oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Malang. Dihadiri 248 undangan dari PCA, perwakilan Ortom, PDM Kabupaten Malang, PDA Kota Malang dan Kota Batu, serta PWA Jatim.
Nazaruddin menceritakan, ibunya pernah menjadi Ketua PDA Kabupaten Sumbawa, sehingga sejak kecil sudah dekat dengan Aisyiyah.
”Mudah-mudahan dengan milad ini menjadi forum konsolidasi organisasi dan spiritual. Kadang kita berorganisasi kurang menangkap spiritual itu padahal organisasi ini ada ruh nya. Ruh itu tertuang di risalah Muhammadiyah berkemajuan,” katanya.
Dia mengatakan, dakwah bil-lisan tidak cukup, dakwah bil-hal tidak cukup jika tidak ditambahi dengan cita-cita dan ideologi cita-cita Aisyiyah ketika dilahirkan.
”Maka kita harus kembali konsolidasi dan merestrukturisasi untuk membangun sebuah skema jati diri Aisyiyah,” kata Wakil Ketua PWM Jatim ini.
Menurut dia, jati diri ibarat pohon yang kuat. Jika ada angin kencang, dengan akar yang kokoh tidak mudah tumbang. Bagaimana menciptakan pohon yang kokoh, bagaimana memperbaiki upaya ini harus dilakukan secara konsisten sehingga dibutuhkan manajemen organisasi yang baik.
”Kita adalah organisasi yang lahir dari bawah, ketika sudah diorganisasikan maka kita harus menunggu perintah dari atas, di sinilah seni manajemen,” ujarnya.
Dikatakan, hal penting adalah menguji jati diri Aisyiyah itu. Akarnya tertanam dengan kuat karena modernisasi meniscayakan perubahan-perubahan di setiap perkembangan zaman.
”Sehingga tidak ada yang harus kita tangisi jika kita ditinggalkan oleh karyawan yang sudah lama mengabdi di amal usaha ternyata memilih pindah. Kita harus terus menerus melahirkan SDM baru,” tuturnya.
Nazaruddin menyampaikan spirit yang terkandung dalam surat al-Hajj (22) : 78 seperti pertama, berjuang dengan sebenar-benarnya. Kedua, manusia adalah makhluk pilihan Allah.
Ketiga, Islam itu mudah. Tidak mudah gelo dalam menjalani hidup, sehingga kita tidak menjadi golongan orang-orang yang mudah kecewa.
”Aisyiyah itu menghadapi hidup ikhlas, kuat. Aisyiyah sebagai organisasi harus memiliki value creation,” ujarnya.
Keempat, lihatlah masa lalu untuk menyusun masa depan. Kelima, dinamakan muslim sejak zaman Nabi Ibrahim dan nabi terdahulu. Keenam, jika di perintah Allah maka segera laksanakan.
”Kita menjadi kuat karena selalu bersandar bahwa Allah adalah pelindung kita yang terbaik,” ujarnya.
Penulis Fatimah Az-Zahro Editor Sugeng Purwanto