PWMU.CO – Saya bersama dengan Ega Nandana Rafif Alumni SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik Jawa Timur, mengejar bus Sholawat yang kabarnya akan berhenti beroperasi tepat di hari Senin (10/6/2024).Kami berdua bertemu di pintu hotel, dia bergandengan dengan ibundanya.
Ega, sapaan akrabnya, menggantikan ayahnya, Anto Tri Setiono, dalam ibadah Haji tahun ini 1445H, yang telah wafat karena pandemi Covid.
Perjalanan ke Masjidil Haram tidak memakan waktu lama, sekitar seperempat jam sampai. Sembari berjalan saya ajak Ega untuk melihat-lihat proyek besar Masjidil Haram.
Papan informasi dengan anak panah ternyata untuk menginformasikan batas mana antara proyek Raja Fahd dan Raja Abdullah yang pada proyek ketiganya, yang fokus pada pembangunan tempat ibadah Shalat.
Kemudian kami berjalan berdua sesampai di pintu masuk kami dicegat oleh Askar penjaga keamanan masjid, karena masjid masih tutup, sehingga harus berbelok dan masuk lewat pintu 74.
Nah, di pintu masuk 74 inilah yang masuk kategori proyek perluasan King Fahd. Saya baru mengerti, ternyata papan-papan informasi ini tanpa kita sadari mengajak kita berkeliling tempat-tempat proyek peninggalan para raja Arab Saudi.
Di atas sajadah hijau berornamen tumbuhan, saya dan mantan murid saya ini menunaikan salat malam bersama dan mengobrol tentang Ega dan masa kecilnya di SDMM.
Saat ini, Ega berstatus sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Diponegoro Semarang,
“Saya awalnya tidak pernah menyangka menggantikan ayah. Enam bulan saya instrospeksi diri, seperti belum siap,” tuturnya mengawali kisah Hajinya yang mendapatkan pelimpahan dari almarhum ayahnya.
Tapi menurutnya, berbakti kepada orang tua yang utama. Pada akhirnya, Ega mulai mengurus proses keberangkatan hajinya dengan sang ibu, termasuk berkas-berkas pelimpahan selama satu tahun lamanya.
“Butuh satu tahun untuk mengurus, dan Alhamdulillah sekarang bisa berangkat haji dengan Ibu,” katanya.
Ayahnya adalah karyawan bagian Crewing (mengurus tenaga kerja) di salah satu perusahaan pertambangan, PT Adaro Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Ega sudah terbiasa ditinggal ayahnya bekerja. Sejak sekolah dasar, Ega sudah terbiasa long distance dengan ayahnya dan hidup mandiri.
“Sampai ketika beliau wafat, pada diri saya merasa beliau masih hidup, sampai saya ke Kalimantan untuk berkunjung ke makamnya,” ujarnya lirih.
Di mata para guru SDMM, Ega adalah murid yang murah senyum, dan seperti biasanya, kadang melucu dengan bebicara layaknya Upin dan Ipin,
“Ega kalau pas masih SD suka niru Upin Ipin,” Ujar Nisfil Mafidah.
Ustadz Arif Wahyudi pun turut memberikan testimoninya, “Anaknya mandiri dan helpful gemar membantu,” katanya.
Penulis Zaki Abdul Wahid Editor Azrohal Hasan