PWMU.CO – Usai melaksanakan thawaf ifadah dan sai, kami, jamaah haji Baitul Atiq Gresik, melakukan prosesi gundul berjamaah, Sabtu (2/9).
“Semua jamaah Baitul Atiq, nanti haus gundul saat tahallul,” begitu pesan KH Aslich Maulana, pembimbing kami, dalam pengarahan di mushala hotel sebelum berangkat menunaikan haji.
Mengapa harus gundul? Dengan mengutip hadits riwayat Bukhari, Aslich menjelaskan bahwa yang mencukur gundul (al-halaq) akan didoakan nabi sebanyak 3 kali, sedang yang sekadar memendekkan atau menggunting sebagian (taqshir) hanya didoakan sekali. Rasulullah saw sendiri saat berhaji juga mempraktikkan mencukur gundul rambutnya.
Hadits Nabi saw yang dikutip dosen Universitas Muhammadiyah Gresik itu lengkapnya adalah, “Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.’ Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kalau cuma sekedar memendekkan?’ Beliau masih bersabda, ‘Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.’ Para sahabat balik bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana cuma sekedar memendekkan?’ Beliau masih bersabda, ‘Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.’ Para sahabat kembali bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana cuma sekadar memendekkan?’ Baru beliau menjawab, ‘Dan juga bagi yang memendekkan.'”
Dengan motivasi seperti itu, maka kami sepakat gundul. “Siap Pak, saat nanti ngantor dengan kepala gundul?” tanya saya pada Joko Supriyadi, seorang pegawai PT Semen Indonesia. “Siap. Nggak ada masalah. Insyaallah teman kantor juga paham,” jawab pria asli Pacitan itu.
Maka, jamaah Baitul Atiq bergotong-royong saling mengunduli. Ada yang menggunakan alat cukur elektrik, guting, dan silet cukur.
Sebagai kenangan, usai cukur gundul kami berfoto bersama. Tak lupa kami pun menggaitkan gundul itu dengan peristiwa yang terjadi di Myanmar, di mana kaum Muslim Rohingya sedang diperlakukan tidak adil.
Yang jelas, kami bukan kaum gundul seperti yang di sana. Kami adalah jamaah gundul yang ingin mendapat ampunan Allah dan akan selalu berusaha menjadi manusia yang berakhlak karimah, yang saling mengasihi sesama.
Seperti yang diajarkan Nabi Muhammad saw, kami ingin menjadi jamaah gundul yang rahmatan Iil alamin. Amin. (MN)