PWMU.CO – Kita sudah sering mendengar ungkapan “Haji itu Panggilan Allah” di tengah kehidupan masyarakat, baik di sekitar kita maupun yang jauh ditempat lain. Apabila sudah di panggil pasti berangkat, entah caranya. Demikian juga berlaku apabila belum mendapat panggilan-Nya, meskipun mampu tidak akan selalu berangkat.
Allah tidak memangil yang mampu, kaya secara harta. Namun, Allah memampukan siapa yang Dia kehendaki. Siapapun, kalau Allah sudah menanggilnya, maka mereka akan datang memenuhi panggilan itu dengan cara Allah yang kadang manusia tak mampu mencernanya.
Adalah Muhamad Nurhidayatullah bin Matawi (49 tahun) dan Muhamad Wahyu Satrio Utomo (33 tahun), kakak dan adik ini bisa menjadi pembenaran ungkapan tersebut di atas.
Keduanya bisa berangkat haji tahun 1445 H / 2024 ini semata-mata karena kehendak Allah dengan cara-Nya, yakni sebagai pengganti kedua orang tuanya yang lebih dulu dipanggil menghadap ke haribaan-Nya.
“Ternyata Allah lebih sayang kepada ayah dan Ibu sehingga dipanggil lebih dulu sebelum panggilan haji terlaksana,” ungkap Nurhidayatullah dengan haru.
Nurhidayatullah, anak pertama dari dua bersaudara juga menambahkan “Sesungguhnya yang punya kuota adalah Matawi (ayah) dan Amiyah (Ibu)”.
Pasangan suami istri yang beralamat di Dusun Rande, desa Srirande kecamatan Deket kabupaten Lamongan ini mendaftar tahun 2011, lalu keduanya mendapat nomor porsi 1300591637 dan 1300591639. Sementara kedua putranya, justru belum mendaftar.
Taqdir Allah SWT, tahun 2021 bapak Matawi meninggal dunia dan dari sinilah skema Allah berjalan dengan sempurna. Seolah ibu sudah mengetahui akan berangkat tahun 2024, maka segala sesuatunya dipersiapkan, termasuk pengganti ayahnya sebagai pendamping ibunya.
Kakak adik ini berunding karena kakak sudah pernah umroh (2018), maka adik saja yang mendampingi ibu, demikian Nurhidayatullah mengisahkan.
Skenario Allah berjalan terus untuk kakak dan adik ini, yaitu bisa berangkat bersama. Amiyah, sang ibu dipanggil Allah pada pertengahan 2023, maka sebagai pengganti ibunya itu, mau tidak mau adalah Nurhidayatullah. Proses bergantian di urus oleh KBIHU ke Kemenag Kabupaten Lamongan berjalan lancar karena memang kedua adalah anak kandung sebagai syarat penggantian.
Istimewanya, keduanya belum pernah mendaftar sehingga tidak memiliki nomor porsi. Namun, sekali lagi kuasa Allah, keduanya bisa berangkat dengan lancar. Keduanya merasa bersyukur dan haru.
Rasa syukurnya itu diwujudkan dengan semangat menjalankan ibadah, terlebih dalam sholat fardhu lima waktu di Masjidil Harom. Seperti PWMU.CO jumpai saat hendak berangkat sholat shubuh sekitar pukul 02.30 sudah berada dalam bus sholawat yang membawa jemaah haji pulang-pergi ke Masjidil Harom.
Mengakhiri ceritanya di dalam bus itu, dia melantunkan doa agar kedua orang tuanya di ampuni dosa dan kesalahannya, diterima anak sholehnya diterima oleh Allah SWT, serta mendapat tempat yang layak di Sisi-Nya. “Semoga yang kami berdua anak-anaknya, kerjakan ini bisa menjadi kiriman pahala kepadanya, karena saya bisa seperti ini karena jasa keduanya.
Allahumaghfir lahum warhamhum wa ‘aafihi wa’fu ‘anhum,” harapnya.
Kontributor Mustain Masdar Editor Zahra Putri Pratiwig