Ilustrasi AI (unplash/PWMU.CO)
PWMU.CO – Teknologi semakin berkembang. Saat itu pula, muncul banyak inovasi baru yang bisa dimanfaatkan manusia untuk meringankan pekerjaan sehari-hari. Salah satu inovasi tersebut adalah munculnya Artificial Intelligence atau AI.
Tidak sedikit produk AI pada saat ini yang dapat ditemui di media sosial, game online, aplikasi transportasi online, aplikasi belanja online, kamera ponsel, e-commerce, hingga mitra perjalanan.
Selain itu, industri kreatif yang merupakan pemegang kunci dalam pertumbuhan ekonomi dan inovasi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Industri ini mencakup berbagai sektor, seperti seni, desain, film, musik, dan periklanan.
Mereka yang berkecimpung di bidang ini bisa memanfaatkan AI untuk mempercepat inovasi, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperluas pasar. Namun, bukankah AI bisa diakses dengan mudah oleh semua orang? Apakah keberadaan AI menjadi ancaman bagi industri kreatif dan menggeser perannya?
Sebuah peradaban digital
Di Indonesia, AI terbilang baru saja dikenal. Pada tahun 2000-an, AI masih terbatas. Pun jika ada, AI memainkan peran di bidang tertentu saja, seperti pengenalan suara, ilmu komputer, dan pemrosesan bahasa alami. Kemudian pada 2010, Indonesia sudah mulai mengenal AI lebih dalam. Banyak perusahaan teknologi yang mulai menggunakan AI di berbagai bidang, seperti finansial, kesehatan, ekonomi, dan logistik.
Perkembangan AI di Indonesia ini berlanjut pada kisaran tahun 2018 yang ditandai dengan inisiatif pemerintah Indonesia “Making Indonesia 4.0” yang bertujuan untuk mengembangkan teknologi cerdas agar bisa bersaing di dunia industri kreatif. Hal ini pun mendapat dukungan banyak pihak, hingga pada, 2019 Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia merilis Roadmap AI Nasional yang untuk mengembangkan kapabilitas AI di Indonesia.
Sejak saat itulah, pada 2020 AI menjadi salah satu fokus berbagai bidang di Indonesia. Tidak sedikit perusahaan besar dan start-up mengadopsi AI dengan alasan efisiensi kerja, pun juga dengan industri kreatif. Dengan kehadiran AI, kehidupan manusia mengalami perubahan yang drastis. Bukan hanya sebagai solusi berbagai masalah, AI juga mampu menggantikan tugas yang biasanya dilakukan manusia.
Bidang industri kreatif
Industri kreatif merupakan salah satu bidang industri yang memanfaatkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan kerja melalui penciptaan daya kreativitas, keterampilan, dan bakat.
Ada empat jenis industri kreatif yang banyak ditemui. Antara lain usaha kuliner, fashion, dan kriya. Selain itu, ada industri kreatif yang memiliki pertumbuhan yang cukup cepat, seperti, film, animasi, dan video, seni pertunjukan, dan desain komunikasi visual.
AI menguasai banyak bidang
Kemunculan AI ini berpengaruh cukup besar dalam dunia industri kreatif. Berikut beberapa bidang yang mulai dikuasai AI.
- Mengolah teks dan narasi
Narasi merupakan suatu komponen dasar yang ada di dunia kreatif, entah itu nanti akan digunakan di karya fiksi, jurnalistik, game, dan bentuk hiburan lainnya. Contohnya pada film pendek fiksi berjudul Sunspring yang dirilis pada tahun 2016. Skrip film tersebut digarap oleh mesin AI yang dikenal sebagai Benjamin buatan Universitas New York.
AI juga bisa menjadi mesin pencarian layaknya Google, AI bisa menjadi “otak” manusia jika mereka sedang membuat narasi. Contoh sederhana saja Chat GPT, salah satu AI pengolah teks yang paling banyak digunakan. Di website ini, pengguna bisa mengolah berbagai jenis teks. Seperti parafrase, menyimpulkan teks, hingga “browsing”. AI ini layaknya mesin pencarian yang dikemas dalam bentuk room chat sehingga pengguna tidak perlu menambah tab (seperti di Google Chrome misalnya) untuk mencari informasi lainnya.
- Membuat musik
Membuat komposisi musik juga bisa dibantu dengan AI. Proses ini membutuhkan algoritma Machine Learning untuk menganalisis data dan menemukan pola musik, seperti akor, tempo, dan panjang dari berbagai alat musik, synthesizer, dan drum. Dari kolaborasi tersebut akan menghasilkan saran melodi baru sebagai referensi komposer musik.
Contoh komposer musik karya AI ini seperti Flow Machines oleh Sonny, Jukebox oleh OpenAI, dan Nsynth oleh Google AI.
- Membuat animasi
Dalam membuat animasi, AI berperan pada proses menggunakan gambar dan model untuk membuat gambar bergerak, AI dapat menganimasikan karakter, termasuk wajah dan postur. Sebelum ada AI, para seniman membuat animasi hanya menggunakan tangan. Mereka menggambar di tiap frame sesuai urutan dan merendernya dengan kecepatan tertentu hingga memberikan ilusi gerakan yang tepat.
Namun setelah adanya AI, mereka bisa membuat animasi dengan cepat, mudah, dan lebih realistis. Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir teknologi tersebut telah diterapkan secara luas di bidang animasi, baik di dalam film, game, atau konten kreatif lainnya.
- Mengolah gambar
Terdapat AI yang bisa bekerja secara otomatis dalam menciptakan gambar atau seni digital berdasarkan data yang diperoleh pengguna. Bahkan ada juga beberapa website atau aplikasi AI image generator yang bisa menerjemahkan teks menjadi gambar AI. Contohnya yang sempat viral beberapa waktu lalu adalah tren Disney AI. Pengguna bisa menuliskan deskripsi gambar yang diinginkan secara singkat. Misalnya, seorang perempuan berhijab hitam dan memakai dress kuning sedang berdiri di taman.
Maka secara otomatis, deskripsi tersebut diolah oleh AI sehingga menghasilkan gambar animasi ala Disney. Beberapa website yang digunakan untuk membuat gambar ini seperti Bing Image Creator, Dall E, Stable Diffusion, Midjourney, dan Ideogram.ai.
AR, VR, dan MR
Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Mixed Reality (MR) adalah teknologi untuk membuat menciptakan lingkungan yang nyata dan ditambahkan dengan entitas virtual. Adanya AR dan VR memperluas dunia fisik menggunakan teknologi digital melalui beberapa media seperti ponsel, tablet, atau perangkat tampilan kepala.
Sedangkan VR, bisa membawa pengguna lebih dalam ke dunia maya namun “nyata” melalui headset dan tampilan yang 3D hingga mengisolasi pengguna dari dunia nyata atau fisik.
Adapun MR, yang merupakan gabungan dari elemen nyata dan virtual di waktu yang sama. Di MR ini, benda yang ada di dunia virtual bisa berinteraksi secara langsung dengan benda yang ada di dunia nyata, dan sebaliknya. Pun juga dengan penggunanya yang bisa berinteraksi langsung dengan dua dunia ini.
Ketiga teknologi AI ini digunakan secara luas, dari dunia hiburan hingga pengalaman belanja.
Dampak AI dalam industri kreatif
AI merupakan produk ciptaan manusia yang bisa saja rusak sewaktu-waktu. Diperlukan suatu landasan etik akan kemunculan AI sehingga manusia tidak perlu khawatir dengan berkembangnya teknologi ini.
AI tercipta untuk mempermudah pekerjaan manusia, terlebih di dunia digital. Namun dengan berkembang pesatnya teknologi ini, kerap membuat beberapa pihak merasa resah. Berikut dampak yang bisa muncul akibat perkembangan AI.
Dampak positif
- Masih kalah dengan kemampuan manusia
Saat membuat karya, AI tidak mampu memahami pengalaman manusia ke dalam karya seni. Berbeda dengan manusia yang memiliki kemampuan untuk memahami empati terhadap apa yang diungkapkan manusia lain.
Ide dan cara berpikir manusia serta solusi yang mereka hasilkan merupakan suatu hal yang tidak bisa ditiru oleh AI. Manusia dapat menghasilkan karya seni yang otentik dan tentunya memiliki orisinalitas yang menjadi ciri khas pemikiran terbaik oleh manusia.
- Sumber referensi
Teknologi AI dapat menjadi alat yang bisa digunakan sebagai tambahan referensi data seni yang mempermudah ilustrator dalam menyalurkan ide. Karena daya pikir manusia terbatas oleh waktu, membuat kehadiran AI menjadikan mereka lebih kreatif yang kemudian bisa diolah kembali.
Dampak Negatif
- Digunakan sembarang orang
Layaknya pisau yang biasanya digunakan oleh orang dewasa, maka pisau tersebut bisa bermanfaat untuk memasak. Berbeda jika pisau digunakan oleh anak-anak, maka mereka bisa terluka. Sama dengan AI yang saat ini mudah diakses semua orang. Jika bukan orang yang ahli dalam dunia kreatif, maka bisa saja AI tersebut akan disalah gunakan.
- Tidak 100% orisinil
Kehadiran AI menuai banyak pro kontra di industri kreatif. Hal itu karena proses pengerjaan yang dilakukan oleh AI dianggap bukan 100% hasil dari originalitas AI itu sendiri, tapi kumpulan gambar yang sudah ada yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan tema yang diinginkan.
- Mematikan illustrator
Teknologi AI bisa saja menggantikan pekerjaan para ilustrator karena kecepatan dan kemudahan yang didapat oleh pengguna teknologi AI tersebut. Para pekerja industri juga harus memiliki keinginan yang besar dan tekad yang kuat dalam menciptakan pasarnya sendiri agar tetap dapat menjadi pilihan utama para pecinta seni ilustrasi.
- Terjadinya plagiarisme
AI bisa saja menjerat seseorang dalam kasus plagiarisme. Misal adanya teknologi AI di filter TikTok yang merubah coretan biasa atau objek nyata menjadi karya ilustrasi yang detail dan kompleks dan dikomersialkan.
Jika ilustrator yang mengkomersilkan karya, maka orang tersebut harus membayar lisensi dan menyertakan referensinya ketika karya tersebut dipasarkan.
Telah beredar postingan online “Say No to AI Art”, dimana banyak sekali artist dan yang menolak AI dalam membuat karya.
Apa yang harus dilakukan?
Penting bagi para pengguna teknologi AI untuk mengerti kode etik dan menghargai hak cipta orang lain.
Dan perusahaan pembuat AI harusnya memiliki kebijakan dengan tidak menggunakan database tertentu yang hak ciptanya sudah dilimpahkan ke pekerja seni yang karyanya dijadikan database.
Sedangkan bagi para artist atau illustrator, mereka bisa belajar menggunakan berbagai macam AI agar bisa berteman sebagai tools, bukan ketergantungan sehingga menjadikannya authority.
Mereka juga bisa mengembangkan kemampuan mereka melalui AI. Karena bagaimanapun juga, otak manusia lebih memiliki sense daripada “otak” AI.
Referensi:
- Fadilla, A. N., Ramadhani, P. M., & Handriyotopo, H. (2023). Problematika Penggunaan AI (Artificial Intelligence) di Bidang Ilustrasi: AI VS Artist. CITRAWIRA: Journal of Advertising and Visual Communication, 4(1), 129-136.
- Hanifa, H., Sholihin, A., & Ayudya, F. (2023). Peran AI Terhadap Kinerja Industri Kreatif Di Indonesia. Journal of Comprehensive Science (JCS), 2(7), 2149-2158.
- Harahap, N. J. (2019). Mahasiswa dan revolusi industri 4.0. ECOBISMA (Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Manajemen), 6(1), 70-78.
- Pohan, Z. R. H., Idris, M. N. M., Ramli, R., Anwar, A., & Paisal, J. (2023). Sejarah peradaban dan masa depan kesadaran manusia pada posisi ontologis kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam perspektif Alquran. Basha’ir: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Tafsir, 29-38.
- Pramana, P., Priastuty, C. W., Utari, P., Aziz, R. A., & Purwati, E. (2023). BERADAPTASI DENGAN PERUBAHAN TEKNOLOGI: KECERDASAN BUATAN DAN EVOLUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial, 7(2), 214-225.
Penulis: Romadhona S. Editor Danar Trivasya Fikri