PWMU.CO – Hari Tasyrik sering kali dijadikan momen libur bagi sebagian ummat Islam. Namun, tidak berlaku bagi warga Muhammadiyah Kota Probolinggo. PDM Kota Probolinggi tetap menggelar pengajian rutin Ahad Pagi di Gedung Dakwah Muhammadiyah pada hari Tasyrik ke-2, Ahad (3/9).
Ribuan warga dan simpatisan Muhammadiyah di sana tetap antusias hadir memenuhi Gedung dakwah Muhammadiyah di Jalan Ir Soekarno-Hatta, Kota Probolinggo. ”Alhamdulillah. Pengajian yang diselenggarakan secara rutin setiap Ahad pertama tersebut selalu dipadati jamaah. Tak terkeculai pada hari Tasrik ke-2 ini,” ujar Ketua PDM Kota Probolinggo Drs Masyfu’.
Hadi sebagai penceramah Pengajian Ahad Pagi Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah jawa Timur Muhammad Arifin. Ia menyampaikan perlunya warga Muhammadiyah dan seluruh warga bangsa Indonesia untuk mewaspadai amunisi yang telah diluncurkan dalam perang modern. Yakni, proxy war.
Menurut Arifin, ada dua amunisi yang telah diluncurkan dalam perang proxy ini. Pertama, isu yang menggunakan kekuatan media sosial. Di mana isu ini merupakan amunisi yang sangat strategis dan luar biasa dalam mempengaruhi pola pikir dan pola hidup seseorang. Kedua, alat pembunuh massal yang bernama narkoba.
”Dengan menggunakan narkoba sebagai amunisi asing dalam menghancurkan masa depan sebuah bangsa yang didalamnya ada generasi muda. Dengan narkoba, maka pihak asing tidak perlu mengerahkan pasukan perang dengan biaya besar.Tapi hasilnya nyata, di antara hasil yang nyata adalah setiap jamnya 2-3 generasi muda mati karena narkoba,” kata Arifin sembari memaparkan data BNN.
(Baca juga: Khutbah di Atas Kuburan, Dakwah Abnormal Lembaga Khusus Bentukan Muhammadiyah)
Di akhir ceramahnya, Arifin mengajak kepada para jamaah kajian untuk bisa mengambil hikmah dari tiga hamba Allah, yaitu Nabi Ibrahim sebagai sosok Ayah, Hajar sebagai sosok Ibu dan Ismail sebagai sosok anak.
”Rangkaian ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima itu banyak mengambil kisah perjalanan Nabi Ibrahim bersama keluarganya. Itu juga kenapa gelar abu ambiyak atau bapak para Nabi itu disematkan kepada Nabi Ibrahim. Bukan nabi-nabi lainya. Nabi Ibrahim bersama istrinya Hajar dan anaknya Ismail bisa membuktikan cintanya, keikhlasan dan kesabarannya dalam menjalankan perintah Allah Swt,” pungkasnya.(aan)