PWMU.CO – Muhammadiyah Jawa Timur memperoleh kehormatan untuk mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam forum International Meeting on Paths of Peace. Kegiatan ini akan berlangsung pada 9-12 September 2017 di Munster dan Osnabruck, Jerman.
Dalam pertemuan itu, yang akan datang mewakili Muhammadiyah adalah Wakil Sekretaris PWM Jatim Biyanto. “Sebenarnya yang diundang dalam forum ini adalah PP Muhammadiyah. Rencana yang akan hadir adalah Abd Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah. Tetapi dalam waktu bersamaan Abd Mu’ti ditunjuk menjadi Amirul Hajj oleh Kemenag. Karena itu, beliau meminta saya untuk mewakili Muhammadiyah di forum itu,” terang Biyanto.
Forum internasional itu akan diikuti sekitar 400 tokoh lintas agama di dunia. Adalah Community of Sant’Egidio yang mengundang tokoh-tokoh lintas agama di dunia untuk berbagi pengalaman. Organisasi yang berkantor di Roma ini selalu mengadakan agenda tahunan bertajuk International Meeting. Kali ini topik yang diangkat adalah “Paths of Peace”. Acara dipusatkan di Hotel Movenpick, Munster.
(Baca: Infaq Jum’at ke-2 September Masjid Muhammadiyah se-Jatim Disalurkan ke Rohingya dan Muhammadiyah Desak PBB dan Pemerintah Mengatasi Krisis Kemanusiaan Rohingya)
Pembukaan acara dilaksanakan pada 9 September. Selanjutnya, dilangsungkan diskusi panel dan sharing mengenai pengalaman hidup bersama di tengah keragaman. “Saya akan menyampaikan paparan tentang Living Together, Muhammadiyah Experiences,” kata Biyanto. Ditambahkan Biyanto bahwa topik ini memaparkan pengalaman Muhammadiyah dalam berbagai kegiatan lintas agama, etnis, dan budaya.
Melalui lembaga pendidikan, kesehatan, dan sosial, Muhammadiyah telah melayani umat tanpa melihat latar belakang sosialnya. Itu terutama dapat dilihat dari kiprah Muhammadiyah di daerah minoritas Muslim. Sebagai contoh, lembaga pendidikan di Sorong dan Serui (Papua). Pelajar di sekolah dan kampus Muhammadiyah dua daerah ini mayoritas adalah non-Muslim. Begitu juga sekolah dan kampus Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Muhammadiyah saat Tanwir di Ambon pada 24-26 Maret 2017 juga me-launching Klinik Kapal Apung Said Tuhulele. Klinik ini melayani secara gratis masyarakat di daerah Kepulauan Maluku tanpa melihat agama dan etnis. Muhammadiyah juga selalu hadir untuk menolong sesama tatkala ada bencana alam. Juga tatkala ada konflik sosial yang mengakibatkan krisis kemanusiaan, baik di Indonesia maupun dunia. Termasuk kekerasan pada Muslim Rohingya di Myanmar yang hari-hari ini masih membara.
“Semua yang dilakukan Muhammadiyah menunjukkan komitmennya terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Intinya, dalam mewujudkan kehidupan bersama di tengah kemajemukan, Muhammadiyah hadir memberikan teladan, melalui perbuatan, bukan hanya kata-kata. Inilah beberapa poin yang akan saya sampaikan,” tambah Biyanto.
Berdasar jadwal yang dikirim panitia, Biyanto akan panel bersama: Mustafa Ceric (Presiden Konggres Dunia, Bosnia Herzegovina), Pshtiwan Sadiq Abdullah (Menteri Pendidikan dan Agama Kurdish), Faisal bin Muaamar (Sekjen KAICIID, Saudi Arabia), Guirguis Ibrahim Saleh (Intelektul Koptik Ortodoks, Mesir), Michel Santier ( Bishop Katolik, Perancis), dan Bin Shen (Bishop Katolik, China).
Panel ini akan dipandu Johan Jozif Bonny (Bishop Katolik, Belgia). Turut hadir dalam forum ini Prof Din Syamsuddin dan seorang wakil PBNU. (*/ilmi)