PWMU.CO – Manasik haji SD Muhammadiyah Bojonegoro (Mudabo) kenalkan rukun haji pada siswa-siswinya agar ibadah haji sah secara hukum, Kamis (14/6/2024).
Menurut Ketua Majelis Tarjih PDM Bojonegoro, Lukman Hakim, menekankan ibadah haji tidak boleh meninggalkan salah satu rukun haji.
Apabila tertinggal, maka hukum dari ibadah haji tidaklah sah.
Ia juga menambahkan, salah satu rukun yang tidak boleh ditinggal walau dakam keadaan sakit ialah wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah.
“Meskipun dalam keadaan sakit, jamaah haji harus tetap datang dan melakukan wukuf di Arafah.
Oleh karena itu, ada yang namanya safari wukuf karena memang wukuf di Arafah ini sangat penting dalam ibadah haji,” terangnya.
Kegiatan Manasik Haji
Kegiatan manasik haji SD Mudabo bertempat di Kampus 2 SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro.
Manasik haji oleh siswa kelas IV hingga V berlangsung baik dan mengalami peningkatan dari tahun lalu.
Siswa laki-laki wajib memakai pakaian ihram yang telah disediakan oleh pihak sekolah.
Lalu, siswi perempuan menggunakan gamis putih dengan jilbab putih yang menutupi dada.
Para siswa terbagi menjadi berkelompok dengan pendamping ustadz-ustadzah yang membimbing manasik haji.
Manasik haji idilakukan sesuai dengan ketentuan, mulai dari niat ikhram, mabit di mina, wukuf di Arafah, mengambil kerikil di Muzdhalifah.
Kemudian, melempar jumroh, tahallul, thawaf, dan sa’i. Manasik haji berlangsung berurutan secara satu persatu.
Saat wukuf di Arafah, khatib dan Imam shalat dilakukan oleh siswa kelas IV.
Mereka melakukan shalat dhuhur dan ashar secara jama’ qashar.
Farhan Hakami bertugas menjadi khatib membacakan teks khutbah.
Lalu, adzan dan iqomah oleh ananda Asyraf.
Terakhir, shalat berjamaah dan yang mengimami seluruh peserta manasik haji adalah Annafi’u.
Melalui bimbingan yang diberikan, siswa dapat melaksanakan manasik haji secara benar dan mempelajari urutannya secara sungguh-sungguh.
Tentunya, harus ada peningkatan untuk tahun depan agar manasik haji ini tampak serupa seperti orang yang beribadah haji.
Kontributor Dini Faizatunni’am Editor Zahra Putri Pratiwig