Ketua Umum IPM Jatim Sampaikan Pesan Penting ini di Rakerwil

PWMU.CO – Pembukaan Rapat Kerja Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Timur periode 2023-2025 berlangsung di gedung Graha Wijaya Praja BPSDM Malang, Sabtu (15/6/2024)

Rakerwil kali ini mengusung tema Era Madani: Episentrum Peradaban Pelajar Berkemajuan.

Ketua Umum PW IPM Jawa Timur, M Hengki Pradana, mengajak seluruh kader IPM Jawa Timur untuk aktif dalam menggaungkan narasi gerakan IPM Jawa Timur.

“Sebelumnya, kami ucapkan selamat datang di Era Madani. Era baru IPM Jawa Timur.

Mari fokus pada isu-isu strategis pelajar yang akan membuat IPM Jawa Timur menjadi barometer perkaderan dan episentrum peradaban,” pungkas Ipmawan yang lahir di Lamongan itu.

Dana, sapaan akrabnya, menjelaskan penggunaan kata madani menjadi generasi ketiga di IPM Jawa Timur.

Pertama, Pelajar Madani. Kemudian, Griya Madani. Sekarang, memasuki Era Madani.

“Di Era Madani ini, IPM Jawa Timur akan fokus pada beberapa gerakan. Diantaranya ialah tentang kepelajaran dan isu pendidikan.

Kami berharap seluruh elemen mulai dari pemerintah provinsi, ayahanda PWM Jawa Timur, teman-teman pelajar seluruh Jawa Timur terlibatkan.” Tutur Dana.

Ketua Bidang Seni Budaya PP IPM, Alfreda Fathya, turut mengapresiasi IPM Jawa Timur yang senantiasa menjadi pelopor gerakan IPM.

“Saya senang sering mendengar gerakan-gerakan aktif yang ada di Jawa Timur. Hal ini menjadi contoh dan inisiasi bagi wilayah-wilayah lain.

Semoga tetap menjadi poros pergerakan baik keilmuan maupun inklusifitas bagi IPM,” kata Ipmawati asal Yogyakarta tersebut.

Amanat Wakil Ketua PWM Jawa Timur

Sementara itu, wakil ketua PWM Jawa Timur, Prof Dr Ir M Sasmito Djati MS, memberi amanat kepada kader IPM se-Jawa Timur.

Ia beramanat dalam melaksanakan Rakerwil harus diperhatikan sasaran dakwahnya karena ranah IPM sudah mulai masuk ke-Sekolah Dasar dengan adanya trobosan IPM Kids.

“Jadi, jangan disamakan dengan pelajar SMA atau mahasiswa.

Anak-anak SD diajarkan pendekatan terlebih dahulu. Bagaimana IPM hadir menyenangkan di lingkungan mereka.” Ungkapnya.

Sasmito menjelaskan saat ini sudah selesai masanya dalam mebicarakan tentang bid’ah.

Saat ini sudah waktunya untuk merumuskan ajaran Islam agar hadir secara inklusif.

Mengingat bahwa seorang muslim ketika membahas mengenai iman, Islam itu mengajarkan bahwa iman itu akal kemudian masuk ke hati.

“Ada beberapa tantangan terkait inklusifitas, diantaranya ialah liberalisme, fundamentalisme, dan pragmatisme.

Ketiga hal ini bisa merusak baik dari luar maupun dalam Muhammadiyah.” Tutupnya.

Kontributor Azmi dan Faqih Editor Zahra Putri Pratiwig

Exit mobile version