PWMU.CO – Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur mengadakan pertemuan Majelis Tabligh dan Ketarjihan (MTK) dan Coprs Muballighat Aisyiyah (CMA) se-Jawa Timur, Sabtu (15/6/2024).
Wilayah kerja Surabaya Raya, yang terdiri dari enam Pimpinan Daerah Aisyiyah (Surabaya, Sidoarjo, Jombang, Gresik, Kabupaten Mojokerto, dan Kota Mojokerto), menjadi tuan rumah acara ini.
Panitia mengadakan pertemuan di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dan 125 peserta termasuk Korbid PWA, MTK PWA, Ketua MTK, dan Ketua CMA se-Jawa Timur, ikut berpartisipasi.
Sesi Pelatihan Takhrijul Hadist
Dalam pertemuan ini, peserta belajar dan praktik takhrijul hadits an-Nabawiy bersama Dr. Syamsuddin MAg, Wakil Ketua PWM Jatim bidang Tarjih dan Tajdid, Kepesantrenan, Haji-Umrah.
Pelatihanan terbagi menjadi 3 sesi, yaitu pengantar ilmu hadits, tipologi kodifikaasi, dan takhrij hadits.
Pada sesi pertama, peserta memahami posisi dan fungsi al-Hadits.
Syamsuddin, dosen UINSA ini menjelaskan tiga fungsi hadist.
“Hadits memiliki tiga fungsi, ta’kid yaitu menguatkan. Contohnya jika dalam al-Quran terdapat perintah menjauhi dosa besar, maka dosa besarnya dirinci dalam hadits.
Fungsi hadits yang kedua adalah tafsir, yaitu memberikan penjelasan dengan seksama.
Contohnya, dalam al-Quran terdapat perintah sholat dan tata cara sholat dijelaskan detail dalam hadits.
Adapun fungsi hadits yang ketiga adalah Taqnin, yaitu memproduksi hukum. Contohnya tentang haramnya anjing,” Jelasnya.
Pada sesi kedua, peserta mempelajari Tipologi Kodifikasi Hadits.
Dr. Syamsuddin, alumni S2 dan S3 UIN Sunan Kalijaga, menjelaskan enam tipe kodifikasi hadits: Shahih (Shahih Bukhari & Shahih Muslim), Sunan (Sunan at-Tirmidzi & Sunan an-Nasa’i), Musnad (Musnad Ahmad Ibnu Hambal).
Selain itu, ada Mushannad (Mushannad Ibnu Abi Syaibah), Mustadrok (Mustadrak Hakim), dan Muwaththa’ (Muwaththa’ Imam Malik).
Praktik Takhrij Hadist
Memasuki sesi selanjutnya, Syamsuddin memberikan materi inti sekaligus praktik takhrij hadits.
“Takhrij hadits adalah sebuah proses menelusuri hadits sampai ke sumbernya.
Adapun fungsi takhrij adalah untuk mengetahui kualitas sanad hadits dan melakukan penelitian serta kritik kepada nama-nama yang terlibat dalam periwayatan hadits.
Proses takhrij hadits di era digital sekarang ini sangat dimudahkan.
Kini melakukan tekhrij hadits tidak perlu dilakukan secara manual dengan menghadirkan berbagai literasi.
Takhrij di era digital ini bisa melakukannya secara online dan offline,” tutur Syamsuddin.
Lalu, peserta diajak melakukan takhrij online dengan menjelajah internet melalui laman dorar.net.
Secara offline, peserta diajak melakukan takhrij dengan software Haditssoft.
Dalam waktu sekejap, keluarlah hasil takhrij lengkap dengan hasilnya mulai dari perawi, sumber rujukan utama, dan kedudukan hadits (shahih atau tidak).
Lulklu’ul Islamiyah, anggota divisi muballighat dan pengajian Majelis Tabligh dan Ketarjihan PWA Jatim, mengungkapkan ”Saya sangat terbantu sekali dengan takhrij menggunakan IT.
Saya teringat ketika di bangku kuliah dulu untuk mengerjakan tugas takhrij.
Saya harus ke perpustakaan dengan menggelar semua buku referensi dan nglempoh (duduk di lantai) hingga seharian penuh.
Kini, dengan kecanggihan IT hanya beberapa menit sudah selesai. Terima kasih ilmunya, Pak Dr. Syamsuddin,” pungkasnya.
Kontributor Sunarsih Editor Zahra Putri Pratiwig