PWMU.CO – Dosen Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) Fakhruddin Arrozi SHI MS memberikan khutbah Idul Adha 1445 H, di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Marseille, Prancis, Ahad (16/6/2024).
Sholat Idul Adha yang diadakan oleh KJRI Marseille ini juga turut diikuti pemain Timnas Indonesia U-20 beserta jajaran pelatih.
Berikut naskah Khutbah Idul Adha 1445 H di KJRI Marseille, Prancis oleh Fakhruddin Arrozi SHI MS.
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر
الله أكبر كبيرًا، والحمد لله كثيرًا، وسُبحان الله بُكرةً
وأصيلاً، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونستهديه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ولا ند له ولا شبيه له ولا مثيل له (ليس كمثله شيء وهو السميع البصير).
وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح الأمة، وجاهد في الله حق جهاده حتى أتاه اليقين، اللهم صل وسلم وبارك على محمد وعلى آله وصحبه
أجمعين.
وبعد فيا عباد الله أوصيني وإياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون، قال الله تعالى في محكم تنزيله: يأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.
Allahu Akbar wa lillahi Al-Hamd
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hari raya dalam Islam dimulai dengan kalimat takbir, dan dikumandangkan dengan kegembiraan agar dapat dirasakan seluruh umat Islam laki-laki dan perempuan, serta dinikmati oleh yang tua dan yang muda.
Saat kita mengumandangkan adzan kita bertakbir, saat kita memulai shalat kita bertakbir, saat kita menyembelih hewan kita bertakbir, saat seorang bayi lahir kita bertakbir, bahkan saat kita menghadapi musuh kita bertakbir, dan pada hari ini hari raya telah tiba, kita juga menyambutnya dengan takbir seraya berkata
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
Untuk apa kita bertakbir? Yakni untuk mengekspresikan rasa syukur atas hidayah atau petunjuk yang Allah SWT anugerahkan dalam kehidupan kita. Sebagaimana ditegaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:
وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Hadirin yang dimuliakan Allah
Dalam bahasa Arab, hari raya disebut dengan ‘id “عيد”. Asal katanya adalah عاد يعود yang berarti “kembali”. Ibnu A’rabi mengatakan bahwa hari raya disebut dengan ‘id karena kembali berulang setiap tahun dengan kegembiraan yang baru.
Hari raya bagi umat Islam adalah sebuah kata yang indah yang memenuhi jiwa dengan kebahagiaan, memenuhi hati dengan kesenangan, serta memenuhi wajah dengan kecerahan.
Sebuah kata yang mengingatkan orang yang sendirian akan keluarganya, orang sakit akan kesehatannya, orang lemah akan kekuatannya, orang yang jauh dengan tanah air akan kampungnya, anak yatim akan orang tuanya, dan orang miskin akan kebutuhan hidupnya.
Dan tentu, kata hari raya ini mengingatkan semuanya kepada Allah, karena adalah Maha kuat dari segala yang kuat إن الله قوي عزيز dan Maha kaya dari semua yang kaya والله هو الغني الحميد.
Allahu Akbar wa lillahi Al-Hamd
Jama’ah Rahimakumullah
Perlu kita garis bawahi bahwa di dalam Islam hari raya bukanlah berarti hari di mana seorang hamba terbebas dari ketaatan sehingga bebas melakukan apa saja. Melainkan, arti hari raya yang sesungguhnya adalah seorang hamba bergembira atas keberhasilannya tetap istiqamah berada dalam ketaatan setelah ketaatan sebelumnya.
Hari Raya Idul Fitri dirayakan setelah umat Islam bersusah payah melakukan amalan bulan Ramadan yang di dalamnya mereka berlomba-lomba untuk taat selama sebulan penuh. Lalu bulan ini ditutup dengan rasa syukur dan takbir,
ولتكبروا الله على ما هداكم ولعلكم تشكرون
“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Sedangkan hari raya Idul Adha dirayakan setelah umat Islam bersusah payah menunaikan ibadah haji. Ibadah yang diakhiri dengan dzikir dan takbir,
وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْدُودَٰتٍ
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang yaitu pada tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah.”
Maka berbahagialah orang-orang yang berpuasa dan mendirikan shalat dan berbahagialah orang-orang yang berhaji, berkurban dan memberi. Karena pada dasarnya tujuan ibadah yang dibebankan kepada orang beriman adalah untuk kebaikan mereka sendiri.
Sebagaimana kata Al-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah
العبادات معللة بمصالح الخلق
“Ibadah-ibadah tujuannya adalah untuk kemaslahatan manusia.”
Shalat memiliki manfaat dapat mencegah orang yang menunaikannya dari berbuat keji dan munkar dalam kehidupannya. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Al-Karim
إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر
Ibadah kurban memiliki manfaat dapat menjadikan orang yang melakukannya bertakwa. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman pula,
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ Betapa agungnya Islam, betapa indahnya agama ini
Jama’ah Rahimakumullah
Namun, ketahuilah bahwa amal ibadah seorang hamba bisa menjadi tak bernilai apa-apa jika tidak diikuti dengan kebaikan amal sosial.
Dikisahkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdiskusi dengan para sahabatnya tentang definisi orang yang merugi. “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” tanya Rasulullah.
Para sahabat berpendapat, orang bangkrut adalah mereka yang tidak mempunyai dirham maupun dinar. Ada juga yang berpendapat mereka yang rugi dalam perdagangan.
Rasulullah bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara bathil), menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya. Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya maka dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad).
Barang siapa yang berpuasa namun tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah SWT tidak peduli dia meninggalkan makanan dan minumannya. Artinya puasanya sia-sia karena tidak diberi pahala oleh Allah SWT.
Dan barang siapa yang berhaji dengan harta haram, lalu naik ke kendaraan dan berkata, “Labbaikallahumma labbaik,” maka akan ada panggilan yang mengatakan, “Tidak ada labbaik dan tidak ada kebahagiaan bagimu, hajimu ditolak”.
Dan barang siapa yang berzakat, berinfak, bersedekah dan berkurban dibarengi dengan niat agar mendapat pujian (riya’) dan kesombongan, maka amalannya tidak akan diterima oleh Allah SWT. Inilah kenyataan pahit yang lebih baik seribu kali daripada ilusi yang menyenangkan.
Allahu Akbar wa lillahi Al-Hamd,
Hadirin yang berbahagia
Hari Raya Idul Adha adalah hari pengorbanan dan penebusan, hari kebahagiaan dan penghargaan dari Allah SWT. Kepada Nabi mulia Ibrahim ‘Alaihissalam yang berhasil menghadapi ujian dengan sukses.
Keberhasilan beliau AS, dalam menghadapi ujian diabadikan di dalam surat Al-Baqarah ayat 124
وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهيمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya.”
Sejak usia belia, Nabi Ibrahim AS telah diuji oleh Allah SWT dengan mengutusnya kepada Raja Namrud. Dia menghancurkan berhala-berhala milik kaumnya yang disembah selain Allah. Hal ini membuat Namrud dan kaumnya marah besar.
Kemudian pengadilan Namrud memutuskan hukuman untuk beliau,
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ
Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar hendak bertindak.
Ketika beliau dilemparkan kepada api yang berkobar-kobar, pengadilan Allah Ta’ala memutuskan,
قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
“Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.”
Itu artinya Nabi Ibrahim AS berhasil menyelesaikan ujian ini dengan baik.
Setelah itu Allah SWT mengujinya agar menyembelih putranya yang telah dinanti-nanti selama 86 tahun lamanya. Lantaran keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS yang taat terhadap perintah-Nya, akhirnya Allah SWT mengganti tubuh Nabi Ismail AS menjadi seekor domba ketika pisau sudah berada di leher anaknya tersebut.
وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Dan beliau kembali lulus dalam ujian berat ini.
Andai saja kita mau belajar dari pengorbanan Nabi Ibrahim AS, niscaya problematika umat dapat teratasi. Persoalan umat saat ini adalah tidak meratanya kesejahteraan dan kemakmuran di tengah masyarakat, krisis akhlak, perselisihan antar sesama umat Islam, ditindas dan diperangi oleh musuh-musuh Islam seperti di Palestina dan simbol-simbol Islam dinodai oleh musuh.
Lalu siapa yang akan berkorban demi umat ini? Siapa yang akan mengorbankan dirinya untuk Islam?
Saat ini Islam sedang membutuhkan orang yang siap berkorban untuknya baik itu pengorbanan waktu, tenaga, keahlian, kepandaian, maupun harta dan lain sebagainya. Sehingga derajat umat dapat terangkat dan panji-panji agama dapat berkibar tinggi.
Karena ketahuilah bahwa Allah telah menjanjikan kelapangan bagi orang-orang yang mau berjuang dan berkorban untuk agama dan saudara-saudaranya.
فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ
“Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu”.
Hadirin yang berbahagia
Setiap orang mempunyai potensinya masing-masing. Sehingga pengorbanan dan perjuangan seseorang untuk Islam dan umat Islam dapat ditempuh dengan cara mengerahkan kemampuan yang dimilikinya.
Bagi orang yang kuat, misalnya elit negara, aparatur negara, penegak hukum, dan sebagainya. Pengorbanan utamanya adalah menegakkan kebenaran, memberantas kebatilan, memberikan keadilan kepada yang lemah, menolong yang tertindas dan mengusahakan kesejahteraan umat.
Bagi pemimpin-pemimpin muslim pengorbanan utamanya adalah menjaga Islam dan umat Islam dari mereka yang hendak mendzalimi dan menyerang kemuliaannya.
Bagi orang kaya, misalnya pengusaha, direktur, pejabat tinggi, dan sebagainya, pengorbanan utamanya adalah menginfakkan harta untuk kebaikan, menyantuni fakir-miskin dan yatim piatu, membantu dalam pembangunan dan kesejahteraan umat.
Bagi orang berilmu, seperti ulama, ilmuan, cendekiawan, dan profesor, maka pengorbanan utamanya adalah menyampaikan ilmu, memberikan nasehat yang baik, memberikan teladan yang baik, mendakwahkan Islam, mengembangkan ilmu pengetahuan untuk memberikan manfaat kepada manusia, menyelesaikan perselisihan dan mengadvokasi keadilan sosial.
Bagi seorang wanita, maka pengorbanan yang utama adalah merawat suami dan anak-anaknya dengan baik. Karena dibalik pria sukses ada istri yang hebat. Dan dibalik anak-anak yang shaleh-shalehah dan sukses ada perjuangan dan pengorbanan ibu di dalamnya.
Allahu Akbar wa lillahi Al-Hamd
Hadirin yang dimuliakan Allah
Pasca Idul Adha, setiap muslim perlu merayakan pengorbanan sebagai budaya dan praksis sosial dengan gemar berbagi agar kesejahteraan dapat dirasakan semua orang, menebarkan akhlak mulia di tengah-tengah manusia agar tercipta ketentraman hidup umat, memediasi perselisihan yang terjadi agar terbangun keharmonisan umat, serta berusaha sebisa mungkin melindungi dan membantu Islam serta umat Islam yang didzalimi oleh musuh-musuh Allah seperti di Palestina dan di tempat lainnya baik dengan tenaga, harta, pikiran dan doa demi terjaganya kemuliaan Islam dan umat Islam.
Semoga Allah menerima semua pengorbanan kita demi agama-Nya sebagaimana Dia menerima pengorbanan Nabi Ibrahim AS.
أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Ya Allah Ya Tuhan semesta alam, kami mohon kepada-Mu, angkatlah martabat kami, bangsa kami, dan martabat kaum muslimin di mana pun mereka berada. Lindungilah kami dari berbagai musibah dan malapetaka. Lindungilah kami dari musuh-musuh Islam.
Ya Allah Ya Tuhan kami, selamatkanlah orang-orang mukmin yang tertindas, selamatkanlah dan kuatkanlah mereka yang ada di Palestina, di Gaza, Rafah, Rakhine, Xinjiang, Khasmir dan di seluruh tempat di dunia ini.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, perbaikilah kami dan pemimpin-pemimpin kami, berikanlah petunjuk kepada kami dan pemimpin-pemimpin kami untuk senantiasa berjalan di jalan-Mu.
Ya Allah Ya Ghafur, kami sudah berupaya untuk beramal, berkorban dan mengabdi kepada-Mu. Namun hambamu ini hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Kami mohon terimalah doa kami, ampunilah dosa kami, dosa kedua orang tua kami dan dosa seluruh umat Islam.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار، سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
Co-Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan