PWMU.CO – Setelah raib selama 4 hari sejak hilang Senin (3/9) pagi di tenda Mina, kursi roda milik Mbah Adnan Asyhuri akhirnya diketemukan kembali di Hotel Alhejazi (No 717) Syisyah, Mekah, Kamis (7/9).
Kisah kembalinya kursi roda itu penuh keajaiban. Saat itu jamaah haji Baitul Atiq Gresik sedang melakukan syukuran haji dengan menyelenggarakan makan bersama di lantai 2 Hotel Alhejazi.
(Baca: Hilang di Mina, Kursi Roda yang Akan Dipakai Mbah Adnan untuk Tawaf Ifadhah)
Usai acara, Lukman, salah seorang jamaah Baitul Atiq jalan-jalan di lorong sebelah kiri lift hotel. Tiba-tiba dia melihat kursi roda yang memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki Mbah Andnan. “Tempat kaki tidak ada karetnya. Juga ada masker hijau yang dulu sengaja ditaruh di bawah kursi,” ungkap Lukman yang hapal betul kursi itu karena dia sering mendorongnya ketika kursi roda itu dipinjam KH Aslich Maulana, pembimbing KBIH Baitul Atiq, yang kakinya kram mendadak saat wukuf di Arafah.
Bukan hanya itu di sisi kanan-kiri kursi roda masih tertempel stiker dengan tulisan: “Jamaah Maskumambang XXIII Tahun 2017 Adnan Asyhuri bin Asyhuri”. Mbah Adnan memang jamaah haji yang terhimpun dalam Jamaah Maskumambang dan sempat bergabung dengan anaknya di Baitul Atiq ketika berlangsung prosesi haji. Dia memerlukan kursi roda selain karena usia juga sedang memaki selang kateter untuk pengeluaran air kencing karena penyakit prostat yang dideritanya.
Yakin 100 persen bahwa kursi itu milih Mbah Adnan, Lukman mengajak Solihin, jamaah Baitul Atiq lainnya, untuk mengambil dan menunjukkannya pada Moh Nasim, Ketua Kloter 62 SUB, yang kamarnya ada di lantai 2. Kebetulan juga Nasim saat ikut diundang dalam syukuran haji jamaah Baitul Atiq.
(Baca juga: Selang Kateter Tak Surutkan Semangat Mbah Adnan Jalani Prosesi Haji)
“Benar kan kata saya. Inysaallah akan ketemu. Malaikat yang mengirimnya,” kata Nasim sedikit bercanda. Saat kursi itu hilang, Nasim memang dilapori oleh Agus Muhammad Alhabsi, anak Mbah Adnan. Waktu itu dia bilang, “Kita lihat saja nanti.”
Nasim berjanji akan menyampaikan itu jika ada orang lain yang mengklaim “kehilangan” kursi tersebut. Sebab, kursi itu ditemukan di lorong kamar jamaah haji dari kloter lain, di mana kloter tersebut juga bertetangga dengan Kloter 62 waktu di Mina. “Biar nanti saya yang mengurus,” kata Nasim.
Kepada Lukman, seorang ibu yang berada di dekat kursi roda saat ditemukan mengatakan bahwa kursi itu dibawanya dari Mina untuk mengantar suaminya. Tapi jamaah Baitul Atiq tidak akan memperpanjang urusan. “Yang penting kursi sudah kita ketemukan,” ujar Lukman. Beberapa barang punya “pemilik” 4 hari kursi roda itupun diturunkan di lorong kloter lain itu.
Di hotel, satu KBIH, bahkan satu kloter, tidak mendapatkan kamar yang satu lantai. Bercampur. Baitul Atiq sendiri, jamaahnya mendapat kamar di lantai 2 dan 3. Kegiatan syukuran haji diadakan di lantai 3, karena mendekati kamar pembimbing dan petugas kloter.
Mendapati kembali kursi roda ayahnya yang sempat hilang Agus menyampaikan rasa syukur kepada Allah. “Kemarin saat tawaf ifadhah, kami sewa dan bayar petugas pendamping sebesar 400 Riyal,” ungkapnya.
Menurut Agus, ayahnya sudah bertekad untuk jalan kaki saat melakukan tawaf wada (perpisahan) nanti. “Alhamdulillah, kini sudah ketemu dan bisa dipakai bapak untuk tawaf wada,” kata Agus penuh kebahagiaan. Jamaah Baitul Atiq pun menggodanya, “Setelah syukuran haji ini, gantian syukuran kursi roda,” gurau Lukman.
“Ini hikmah syukuran haji hari ini,” kata Muhamamd Arif, yang ikut senang karena ditemukannya kursi itu kembali. Selamat Mbah Adnan. Insyaallah ini tanda haji mabrur! (MN)