Kajian PRM PRA Babat Tengah Ulas Filosofi Penciptaan Jari Manusia

PWMU. CO – Kajian PRM PRA Babat tengah kali ini mengulik kebesaran Allah dalam penciptaan jari. Ustadz Masro’in Asshafani dengan gembira membahas ayat yang sangat pendek tetapi hikmahnya besar, di TPA Al Hikmah kantor PRM PRA Babat Tengah, Rabu, (19/6/2024).

Masro’in, membacakan ayat pendek dari surat adz-Dzariyat ayat 21 di hadapan dihadapan warga Muhammadiyah Babat Tengah, sebagai berikut :

(21) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ  

“Dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?”

Renungan Kebesaran Allah dari Penciptaan Jari

Usai membacakan ayat tersebut, beliau kemudian bertanya kepada jama’ah. “Apakah Bapak-bapak, ibu-ibu pernah memperhatikan diri sendiri?” tanya ustadz Masro’in. Para jama’ah terdiam, tak ada yang menjawab.

“Mari kita perhatikan ruas jari kita, ada berapa ruas bu, pak?” tanyanya kembali. Karena tidak ada yang menjawab, dia mengatakan semus ada sembilan belas. “Bagaimana bila tak ada ruas pada jari kita?” lanjutnya bertanya.

Semua jama’ah tersenyum, mengerti kalau jari tidak ada ruasnya. “Maka gerak jari tidak dapat lentur, untuk memegang sesuatu atau aktivitas lainnya. Karena itulah, kita bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, memiliki jari-jari yang ada ruasnya” tambah Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan ini.

Filosofi Jari

“Kita memiliki lima jari, yang terdiri dari jari jempol, telunjuk, tengah, manis dan jari kelingking” lanjutnya.

Dia menjelaskan jari jempol dalam kehidupan sehari-hari untuk mempersilakan tamu, mengapresiasi seseorang yang sukses, menghargai orang lain. “Tidak mungkin kita mempersilakan tamu atau menghargai orang lain dengan jari kelingking” kelakar Masro’in. Jama’ah pun tersenyum.

Jari telunjuk untuk menunjukkan, memberi peringatan, ujarnya. Jari telunjuk juga digunakan untuk tahiyat. Mengingatkan kita pada kalimat Tauhid, sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala, QS. al-Ikhlas 1-4:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Dia juga membacakan al-Kahfi, ayat 110:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (110)

“Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”

Kemudian ‘Jari tengah’, menurut ustadz Masro’in, menunjukkan kebersamaan. “Seperti jama’ah pengajian ini, bukti kebersamaan. Ada warga ketua PRM ada di sini ketua PRA juga ada” lanjutnya.

Adapun ‘Jari manis’ juga tidak ketinggalan dari penjelasan ustadz Masro’in. “Tak ada cincin tetap manis, bila ada cincin tambah manis, utamanya ibu-ibu, yang lagi senyum-senyum” tambah Ketua Majelis Tabligh periode 2015-2022. Disambut senyuman bapak-bapak juga.

Selesai pengajian ustadz Masro’in AsSafani, makan bersama PRM dan PRA Babat Tengah. Dia terkesan, pelaksanaan pengajian dengan warga Muhammadiyah yang semangatnya luar biasa.

Penulis Hilman Sueb, Editor Danar Trivasya Fikri

Exit mobile version