Aisyiyah Menganti Kembali Belajar Tata Cara Shalat Wajib

Suasana Pengajian Ahad Pagi Aisyiyah Kecamatan Menganti di Masjid Al Hidayah Kutil Menganti, Ahad (23/6/2024) (Nadhirotul Mawaddah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Kajian Ahad Pagi Aisyiyah Menganti kembali mengangkat tema tata cara shalat wajib pada Ahad, 23 Juni 2024, di Masjid Al Hidayah Kutil, Menganti, Gresik, Jawa Timur.

Kajian ini diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Menganti dan diisi oleh Hasan Abidin SPdI MPdI.

“Hari ini kita ulas kembali tata cara shalat yang sudah pernah saya sampaikan di pertemuan sebelumnya karena banyak yang tidak hadir waktu itu. Kajian ini hanya sebentar, nanti pukul 10.00 WIB sudah selesai,” ujarnya yang disambut tawa para jemaah karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.50 WIB.

Hasan menyarankan jamaah untuk bertanya langsung jika ada hal yang kurang jelas selama kajian berlangsung. “Jika nanti ada yang ingin bertanya di tengah-tengah saya menyampaikan kajian, langsung saja bertanya, jangan menunggu sampai selesai,” pesannya.

Tata Cara Shalat

“Tata cara shalat yang pertama adalah berdiri tegak menghadap kiblat dan berniat ikhlas karena Allah tanpa harus diucapkan,” terangnya.

Karena setiap amalan itu tergantung dari niatnya. Jika niat yang kita tanamkan dalam hati baik, maka pahala yang akan kita dapatkan juga akan baik. “Innamal a’malu binniyat,” lanjutnya.

“Jika semua niat kita ucapkan, maka akan ramai perempatan, ada yang mau belok kanan, belok kiri, lurus, semuanya mengucapkan niatnya. Maka cukuplah niat itu di dalam hati,” jelasnya.

“Berikutnya adalah mengarahkan pandangan lurus ke tempat sujud dan dilanjutkan dengan takbiratul ihram dengan mengucapkan kalimat Allahu akbar,” terang ayah tiga anak ini.

“Bagaimana gerakan takbir?” tanyanya kepada para jemaah, kemudian dia mempraktikkan cara takbir.

“Angkat kedua tangan sejajar dengan bahu, telapak tangan menghadap ke kiblat sambil mengucapkan Allahu akbar,” jelasnya. “Atau bisa juga kedua telapak tangan sejajar dengan telinga, hanya sejajar, bukan menyentuh telinga,” tambahnya.

Hasan menjelaskan urutan selanjutnya adalah bersedekap dengan meletakkan tangan di atas dada. “Bukan di perut ya, tangan harus bersedekap di antara dada dan perut, di diafragma,” tuturnya sambil memperagakan gerakannya di depan para jemaah.

“Kemudian dilanjutkan dengan membaca doa iftitah dan taawudz secara lirih. Untuk basmalah bisa diucapkan secara lirih maupun jahar atau jelas,” lanjutnya.

Jadi, lanjut Ustadz Hasan, jangan heran jika sholat berjamaah di masjid ada imam yang membaca basmalah secara terang karena bacaan basmalah boleh secara lirih dan boleh juga secara jelas.

Bacaan Shalat

Pria kelahiran Gresik 13 September 1979 ini, meneruskan urutan tata cara shalat berikutnya yaitu membaca surat al-Fatihah dan surat pendek sesudahnya.

“Jika melakukan shalat berjamaah, setelah imam selesai membaca surat al-Fatihah, makmum harus membaca surat al-Fatihah sendiri. Jangan membaca surat al-Fatihah bersamaan dengan imam,” tuturnya.

Ustadz Hasan menjelaskan bahwa hal ini karena Rasulullah Saw bersabda, tidak sah shalatnya orang yang tidak membaca permulaan Kitab (Fatihah).

Oleh karena itu, Ustadz Hasan menegaskan baik imam maupun makmum wajib membaca surat al-Fatihah.

Berikutnya adalah gerakan rukuk. Hasan menerangkan kepada para jemaah bahwa gerakan rukuk dilakukan dengan melapangkan jarak punggung dengan leher dan kedua tangan memegang lutut sambil melafalkan bacaan “subhaana rabbiyal a’laa” atau “subhaanakallaahumma rabbanaa wabihamdika allaahummaghfirlii”.

“Salah satu cara untuk mengetahui punggung kita lurus saat rukuk adalah dengan meletakkan gelas berisi air di atasnya. Jika gelas tidak jatuh, berarti sudah lurus,” ujarnya sambil memeragakan gerakan rukuk di depan para jama’ah.

Setelah rukuk, lanjutnya, adalah I’tidal, caranya yaitu bangun dari rukuk dengan mengangkat kedua tangan seperti takbiratul ihram lalu tangannya diam, jangan diayun-ayunkan. Pada gerakan I’tidal sambil membaca “sami’allaahu liman hamidah“, lalu membaca doa “rabbanaa wa lakal hamd“.

Gerakan sesudah I’tidal adalah sujud dua kali dalam satu rakaat. Hasan kembali memberikan contoh dengan memperagakan gerakan sujud, yaitu dengan membaca takbir tanpa mengangkat tangan, kemudian meletakkan kedua lutut dan jari kaki di atas tanah, disusul kedua tangan, kemudian dahi dan hidung.

“Lutut dulu yang menyentuh lantai, kemudian ujung jari kaki menghadap ke arah kiblat serta meregangkan tangan dengan mengangkat siku. Siku harus diangkat supaya tidak menyerupai anjing ketika sedang duduk,” jelasnya.

“Ada dua bacaan yang bisa dibaca saat sujud. Bacaan pendek adalah “subhaana rabbiyal a’laa“. Sedangkan yang panjang adalah “subhaanakallah humma rabbanaa wa bihamdikallahummaghfirlii.”

“Sesudah sujud, gerakan selanjutnya adalah duduk di antara dua sujud dilakukan dengan mengangkat kepala seraya bertakbir dan duduk tenang sambil membaca “Allaahummaghfirlii warhamnii wajburnii wahdinii warzuqni,” lanjutnya.

“Duduk yang seperti ini disebut juga dengan duduk iftirasy atau duduk bersimpuh, yaitu posisi duduk dengan kedua belah kaki terlipat ke belakang untuk tumpuan badan, kedua tumit kaki menjadi penopang bokong, dengan posisi punggung telapak kaki kiri menghadap ke lantai, posisi kaki kanan sedikit menekukkan jari-jari kaki kanan ke arah depan mengikuti arah kiblat,” terang Hasan sambil memeragakan gerakannya.

“Setelah duduk iftirasy dilanjutkan dengan sujud lagi dan bangun untuk melakukan rakaat kedua,” sambung Hasan.

“Gerakan berikutnya dalam shalat adalah tasyahud akhir, disebut juga dengan duduk tawaruk, posisi tumit kaki kiri tidak menjadi penopang bokong tetapi sedikit diserongkan ke arah bawah kaki kanan lalu bagian bokong sebelah kiri tidak berpenopang dan langsung bersentuhan dengan lantai atau alas,” kembali Hasan menjelaskan dengan memeragakan gerakannya.

Bacaan dalam tasyahud akhir adalah “Attahiyyaatu lillaahi washsholawaatu waththoyyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu warohmatullaahi wabarokaatuh. Assalaamu’alainaa wa’ala ‘ibaadillaahi shshoolihiin. Asyhadu anlaa ilaaha illallaah waasyhadu annamuhammadan ‘abduhu warosuuluh”

Kemudian dilanjutkan membaca shalawat “Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohim innaka hamidun majiid”

Dilanjutkan dengan membaca doa untuk memohon perlindungan “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘adzaabil qabri wa min ‘adzaabinnaari jahannama wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min fitnatil masiihid dajjaal.

“Terakhir adalah mengucapkan salam,” terangnya. “Ada dua cara mengucapkan salam, ada yang lengkap dan ada yang tidak,” jelasnya.

Yang lengkap adalah menoleh ke kanan dengan mengucapkan “assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” kemudian menoleh ke kiri dengan mengucapkan “assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” lanjutnya.

“Ada juga yang melakukan gerakan salam dengan menoleh ke kanan sambil mengucapkan “assalamualaikum warahmatullahi” lalu menoleh ke kiri sambil mengucapkan “assalamualaikum warahmatullahi,” terangnya.

“Gerakan salam yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Saw adalah menoleh ke kanan sehingga pipi kanan terlihat dari belakang, dan yang kedua sambil menoleh ke kiri sehingga pipi kiri juga terlihat dari belakang,” ungkapnya. (*)

Penulis Nadhirotul Mawaddah Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan

Exit mobile version