Foto bersama para peserta sekaligus panitia Baitul Arqam ketika hendak bertolak menuju Baitul Arqam di Kediri (Graygi Sanca Prayoga/PWMU.CO)
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kediri menggelar acara Baitul Arqam pada tanggal 16—17 Dzulhijah 1445 H yang bertepatan dengan Minggu-Senin, (23—24/6/2024). Adapun kegiatan ini berlokasi di kawasan Telaga Sarangan, Magetan, Jawa Timur.
Perkuat Pemahaman KMD & Silaturahmi
Lebih lanjut, acara ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman mengenai Ke-Muhammadiyahan di era saat ini sekaligus sebagai sarana menjalin silahturahmi antar ortom Muhammadiyah dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah se-Kabupaten Kediri, ujar Ikhwan Nurhadi selaku Ketua PDM.
Afwan selaku sekretaris PDM Kabupaten Kediri ketika sambutan acara menyatakan bahwa “meski Baitul Arqam diselenggarakan selama dua hari, InsyaAllah kegiatan ini tidak menghilangkan esensinya yakni sebagai ladang tholabul ilm.
Dan juga kegiatan ini akan tersusun senyaman mungkin karena di lain sisi Baitul Arqam yang singkat ini terlaksana untuk menjalin silaturahmi semi healing” ujarnya yang langsung menuai gelak tawa dari peserta.
Dalam Baitul Arqam tersebut terdapat empat materi yang mengisi jalannya kegiatan. Keempat materi itu adalah seperti berikut:
1) Ibadah Sesuai Tarjih Muhammadiyah oleh Ismuhadi SAg
2) Sejarah dan Ideologi Muhammadiyah oleh M. Khoirul Abduh, SAg MSi
3) Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah oleh Dr Nur Subeki ST MT
4) Islam dan Pandangan Muhammadiyah oleh Dr Nurbani Yusuf MSi
Ibadah Sesuai Tarjih
Dalam materi “Ibadah Sesuai Tarjih Muhammadiyah”, Ismuhadi, SAg yang juga merupakan Wakil Ketua PDM Kabupaten Kediri menjelaskan bahwa materi yang ia sampaikan adalah hal dasar yang tidak jarang terabaikan oleh para kader Muhammadiyah sendiri.
Seiring perkembangan teknologi dan informasi, menurutnya tidak sedikit para kader Muhammadiyah yang mudah sekali terbawa arus tanpa adanya proses penyaringan. “Jika dikaitkan dengan konteks ibadah, contoh fenomena yang terjadi saat ini adalah maraknya konten Islami yang menyebarkan amalan atau doa-doa ketika sholat” terangnya.
Seperti contoh saat sujud rakaat terakhir, mereka (konten) menyarankan untuk memperpanjang durasi sujud serta menambahi doa bacaan ketika sujud. Nyatanya tidak sedikit kader Muhammadiyah yang mengikuti amalan tersebut, sedangkan hal ini tidak terdapat dalam HPT Muhammadiyah.
Materi kedua dengan judul “Sejarah dan Ideologi Muhammadiyah”, Selanjutnya terdapat materi mengenai sejarah Muhammadiyah disampaikan oleh Muh. Khoirul Abduh SAg MSi. Ia merupakan Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial dan Pembinaan AMM Pimpinan Wilayah Jawa Timur.
Tujuan adanya materi ini adalah sebagai langkah konkret (pasti) untuk memperkuat ideologi tentang Muhammadiyah. Abduh mengingatkan kepada para peserta mengenai munculnya nama Muhammadiyah dari saran kerabat Kyai Ahmad Dahlan, yakni yang bernama Muhammad Sangidu.
Setelah menjelaskan mengenai materi terkait, Abduh menekankan kepada para peserta kegiatan untuk tidak kaku dalam berinteraksi dengan sesama Muhammadiyah dan non-Muhammadiyah sekaligus. Ia juga berharap agar para peserta mampu untuk tidak bersikap ekslusif.
Bahas MKCHM dalam Baitul Arqam
Adapun Dr. Nur Subeki ST MT menyapaikan materi dengan judul MKCH Muhammadiyah. Wakil Rektor UMM ini menjelaskan bahwa MKCHM adalah sistem paham Muhammadiyah dalam memperjuangkan gerakannya.
Subeki juga menjelaskan mengenai ideologi Muhammadiyah terdapat dalam: Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM), Identitas Muhammadiyah (IM), Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM), Kepribadian Muhammadiyah (KM), Khittah Muhammadiyah, dan juga Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM).
Dan juga menyebutkan surah Ali Imran ayat 110 yang merupakan ayat motivasi gerakan Muhammadiyah.
Kemudian yang terakhir adalah materi “Islam dalam Pandangan Muhammadiyah” oleh Dr Nurbani Yusuf M.Si. Ia menyampaikan pada hari terakhir kegiatan, yakni hari senin pagi setelah para peserta melakukan olahraga di halaman penginapan.
Nurbani menjelaskan bahwa Islam hanya ada satu, akan tetapi cara pandang (manhaj) sajalah yang banyak. Dan posisi Muhammadiyah mengenai hal tersebut berada di tengah-tengah.
Nurbani juga menceritakan tentang sahabat Nabi Muhammad SAW yang masuk surga dengan cara merangkak. Sahabat tersebut bernama Abdurrahman bin Auf. Nurbani mengingatkan kepada para peserta agar menjalankan teologi Al Maun yang diajarkan oleh Muhammadiyah. “Di mana konsep teologi Al-Maun adalah mengenai memberi makan” ujarnya.
Meski di tengah suasana dingin yang beserta kabut Magetan, hal itu tidak menyurutkan animo peserta Baitul Arqam untuk memahami pemaparan yang disampaikan oleh para pemateri.
Penulis Graygi Sanca Prayoga, Editor Danar Trivasya Fikri