PWMU.CO – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy melakukan kunjungan kerja ke Negara Vietnam, pada Rabu (26/6/2024).
Kunjungan kerja dilakukan dalam rangka bersilaturahmi bersama WNI di Vietnam, bertempat di Konsulat Jenderal RI di Ho Chi Minh City (HCMC), dan membahas kondisi perkembangan SDM serta potensi kerjasama antara Indonesia dan Vietnam.
Dalam kesempatan itu, Menko PMK menyoroti kemajuan Vietnam yang perlu dikejar oleh Indonesia.
Salah satu penyebabnya adalah banyaknya investor yang beralih dari Indonesia ke Vietnam.
“Saat ini Indonesia tengah berkutat dengan jumlah pengangguran yang tinggi dan lambatnya investasi. Kemudian, investasi yang ada saat ini lebih dominan padat modal dibanding padat karya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Menko PMK menerangkan, dari sisi SDM, terdapat perbedaan antara tenaga kerja Indonesia dan Vietnam terletak di sisi mentalitas yang terbentuk dari kondisi politik dan sosial yang berbeda di kedua negara.
Dalam proses belajar mengajar, Vietnam menyediakan sekolah fullday yang aksesibel dengan harga terjangkau sehingga para orang tua dapat fokus bekerja, sehingga produktivitas tenaga kerja Vietnam meningkat.
Untuk itu, Muhadjir mengatakan, kesempatan kunjungan kerja di Vietnam menjadi ajang belajar dari segi pembangunan manusia, dari segi peningkatan pendidikan, dan menjadi pembelajaran dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja di Indonesia.
“Pada beberapa Rapat Terbatas dengan Presiden, Vietnam sering dijadikan benchmark. Untuk itu kita bisa saling belajar dan mengejar ketertinggalan Indonesia,” ucap Menko Muhadjir.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam
Pada pertemuan tersebut, Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam, YM Denny Abdi menyampaikan prioritas kerja sama Indonesia dan Vietnam, di antaranya adalah bonus demografi, energi terbarukan, dan industri teknologi.
Lebih jauh, dijelaskan bahwa Vietnam saat ini tengah membangun industri kendaraan listrik dan Indonesia berkesempatan besar menjadi penyuplai baterai listriknya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Indonesia perlu mempersiapkan SDM yang handal di bidang penciptaan dan produksi baterai listrik.
Beberapa diaspora Indonesia yang hadir aktif berdiskusi menyampaikan ide dan masukannya untuk kesejahteraan WNI di Vietnam serta potensi kerjasama kedua negara khususnya di bidang Pendidikan.
Salah satu isu yang dibahas di antaranya adalah belum tersedianya sekolah pendidikan Agama Islam.
Menanggapi hal tersebut Menko PMK mengarahkan BAZNAS dan Kemenlu c.q. KBRI Hanoi dan KJRI HCMC agar menjajaki pendanaan dan perizinan pendirian sekolah pendidikan Agama Islam di Vietnam. Sebelumnya Kemenko PMK, KBRI Hanoi, KJRI HCMC dengan BAZNAS dan sejumlah lembaga filantropi Islam Indonesia telah berhasil mewujudkan pembangunan Masjid Salamad di kota Long Xuyen yang rencananya akan dilakukan peletakan batu pertamanya oleh Menko PMK.
Turut serta dalam rombongan Menko PMK yaitu Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK; Ketua Dharma Wanita Persatuan Kemenko PMK; Deputi Bidang Pendistribusian BAZNAS; dan Ketua Bidang Organisasi, Ideologi, Kaderisasi, dan Pembinaan Angkatan Muda PP Muhammadiyah.
Sementara itu, masyarakat Indonesia yang hadir dalam pertemuan tersebut berasal dari beragam latar belakang, di antaranya akademisi, pengusaha, perwakilan perusahaan Indonesia seperti GOJEK dan JAPFA, perwakilan umat beragama, dan sebagainya. (*)
Penulis Humas Menko PMK Editor Azrohal Hasan