PWMU.CO – Cara membangun generasi unggul untuk menjadi umat yang ideal disampaikan oleh Dr Syamsudin MAg, Sabtu (29/6/2024) di Ranting Muhammadiyah Sukorejo, Laren.
Pernyataan itu disampaikan dalam acara pengajian Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laren.
Turut hadir para tokoh Muhammadiyah Laren, Ortom se-Cabang Laren, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan, dan Wakil Ketua PWM Jawa Timur Dr Syamsudin MAg sekaligus menjadi pembicara kajian.
Diawal kajiannya, Syamsudin mendoakan, “Semoga kehadiran kita bernilai ibadah dan mendapatkan ridho di sisi Allah Swt. Pada kajian hari ini, saya ingin menyampaikan dua hal penting.”
Pertama, kata Syamsudin, kita perlu menyadari bahwa kaum Muslim pernah mengalami fase kejayaan di mana kita menguasai lebih dari separuh dunia.
“Namun, ada satu fase di mana kaum Muslim mengalami kemunduran sehingga tidak memiliki daya dan kemampuan untuk menghadapi penetrasi atau penjajahan bangsa Barat,” ujar pria kelahiran Pasuruan, 9 Desember 1967 ini.
Sejak itulah, lanjut Syamsudin, kaum Muslim berada di bawah dominasi masyarakat Barat yang secara duniawi, sains, dan teknologi lebih maju.
“Mereka datang ke negara kita membawa senapan mesin, sementara kita hanya menghadapi mereka dengan bambu runcing. Ini adalah fakta yang menunjukkan bahwa kita perlu memiliki pemikiran rasional untuk menghadapi situasi seperti ini,” tutur ayah dari tiga anak ini.
Kedua, kata Wakil Ketua PWM Jatim ini, “Bagaimana kita bisa keluar dari penetrasi dan dominasi bangsa Barat?.”
Dia mengajak menengok kebelakang. “Kita mengenal tokoh-tokoh pembaruan yang sangat hebat seperti Syaikh Jamaludin Al Afghoni, Syekh Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha.”
Mereka adalah tokoh besar dengan gerakan-gerakan hebat. Seperti Jamaludin Al Afghoni dengan gerakan politiknya. Maka Muhammad Abduh sebagai muridnya, mengikuti arahan gurunya dengan mengikuti gerakan politik.
“Namun, menurut Abduh, gerakan gurunya tersebut gagal. Gerakan Jamaludin Al Afghoni untuk memperbaiki kondisi umat Islam terbukti gagal karena SDM yang tidak memadai.
Ummatan Wasathan
Oleh karena itu, Abduh berpendapat bahwa gerakan tajdid yang kita lakukan harus mempersiapkan generasi yang memiliki SDM unggul.
“Ini sebenarnya adalah amanat Allah Swt di dalam al-Quran surah al-Baqarah ayat 143,”
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدً
“Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu,”
Jadi, kata Syamsudin Ummatan wasathan adalah umat ideal, umat pertengahan yang berada pada posisi tengah di antara dua ekstremitas. Mufassir zaman dulu mengartikan umat pertengahan ini berada di antara kelompok yang berlebihan dalam keagamaan dan kelompok yang meremehkan ajaran agama.
“Posisi ini sangat strategis karena umat Islam harus menjadi teladan dan panutan dalam nilai-nilai universal seperti keadilan, hak asasi manusia, superioritas hukum, pemerataan hasil pembangunan, kejujuran, dan lain sebagainya,” jelas Dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
“Kita harus proklamirkan kepada dunia bahwa jika mereka ingin melihat bagaimana keadilan ditegakkan, lihatlah negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.”
Namun, lanjutnya, kenyataannya kita masih terpinggirkan dari sisi ekonomi. Menurut pakar ekonomi, ekonomi di Indonesia dikuasai oleh segelintir orang.
“Dengan surah al Baqarah ayat 143 tersebut, kita harus mau dan mampu tampil sebagai teladan dalam kedisiplinan, kebersihan, kejujuran, keberanian menyuarakan kebenaran, dan keberpihakan kepada kelompok marginal,” tutur suami Umi Thohiroh SAg MH ini.
Dia menambahkan, KH Ahmad Dahlan pernah melihat ketegangan antara realitas dan idealitas. Idealnya, kita tampil sebagai umat yang unggul, tetapi kenyataannya umat terjajah, tidak bersekolah, sakit-sakitan, dan hidup tidak teratur. Umat ideal harus menghimpun nilai-nilai unggul dalam dirinya untuk menjadi pemimpin.
“Merdeka sudah diraih, dan sekarang bagaimana kita mengisi kemerdekaan itu dengan segala macam keahlian yang kita miliki,” kata Anggota Komisi Fatwa MUI Jatim ini.
Lanjutnya, bagi Muhammadiyah, negara Pancasila adalah bentuk negara yang kita sepakati. “Bahkan yang ikut membidani lahirnya republik ini adalah ketua umum PP Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo.
“Jadi sekarang, bagaimana kita bisa tampil sebagai ummatan wasathan,” pungkas Ketua Majelis Tarjih PWM Jatim (2010-2015) ini.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan