PWMU.CO – Murid TK ABA V Kota Probolinggo unjuk kreatifitas diri melalui pagelaran operet kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud, Kamis (6/6/2024).
Acara ini berlangsung di Graha Ahmad Dahlan, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Probolinggo.
Pagelaran ini menjadi sorotan utama dalam acara Panggung gebyar seni dan perpisahan TK & KB Aisyiyah Bustanul Athfal V Tahun Ajaran 2023/2024.
Acara yang rutin tiap akhir tahun ini memberikan kesempatan kepada para pendidik dan siswa untuk menunjukkan bakat seni mereka serta mengasah kreatifitas.
Penampilan Siswa TK ABA V
Sebelum memasuki pagelaran operet, penampilan pantomim menjadi pembuka acara.
Penampilan yang menghibur ini berjudul Asyiknya Memancing Ikan dan dibawakan oleh empat siswa TK ABA V.
Lalu, para siswa pendekar cilik tapak suci putera Muhammadiyah TK ABA V unjuk kebolehan gerakan yang memukau.
Mulai dari gerakan-gerakan salam nasional tapak suci, jurus Bayuangga, serta peragaan jurus berpasangan yang menampilkan kepiawaian dan kedisiplinan mereka.
Jurus Bayuangga merupakan hasil cipta pendekar tapak suci putera Muhammadiyah dari Pimda 072 Kota Probolinggo.
Bayuangga memiliki makna Bayu ‘angin’, Ang ‘anggur’, Ga ‘mangga’.
Artinya Probolinggo dikenal sebagai kota angin, anggur, dan mangga.
Operet kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud menjadi puncak acara.
Tema ini dipilih atas permintaan dari kepala sekolah, Bunda Um, untuk memberikan pengalaman berharga bagi siswa yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
Dalam operet ini, siswa TK ABA V menggambarkan kisah Nabi Ibrahim dan konfrontasinya dengan Raja Namrud dengan penuh penghayatan.
Pada pagelaran ini, Adam dari Kelompok B3 memerankan Raja Namrud, sementara Fatah B2 dan Raya B2 sebagai pengawal-pengawalnya.
Pijar B1 dan Zhafran B3 bergantian memerankan Nabi Ibrahim, dengan Axel B3 sebagai Ayah Ibrahim, Azhar dan Khadijah B2 sebagai Ibu Ibrahim, istri Azhar).
Pemeran lainnya termasuk Fathan B1 dan Raffa B3 memerankan tokoh-tokoh pendukung dalam cerita ini.
Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud
Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud berasal dari Babilonia, tempat Nabi Ibrahim lahir dan tumbuh dewasa.
Ayahnya, Azhar, adalah seorang pembuat patung yang dipuja oleh penduduk setempat.
Namrud, seorang raja yang memerintah dengan tangan besi, mendengar ramalan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki yang akan menggulingkan kerajaannya.
Sebagai upaya mencegah ramalan ini terwujud, Namrud memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki yang baru lahir di negerinya.
Namrud adalah figur yang sombong dan congkak. Ia menganggap dirinya sebagai tuhan yang harus dihormati oleh semua orang.
Namun, Nabi Ibrahim tumbuh dengan keyakinan yang berbeda, menentang penyembahan berhala dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT.
Konflik antara Ibrahim dan Namrud mencapai puncaknya ketika Ibrahim memutuskan untuk menghancurkan semua patung berhala kecuali satu.
Hal itu merupakan bentuk protes dan seruan Nabi Ibrahim pada kaumnya agar menyembah satu-satunya yang Esa, Allah.
Namrud, tak terima dengan perbuatan Ibrahim.
Ia memenjarakannya dan mencoba membakarnya hidup-hidup. Namun, dengan pertolongan Allah SWT, Ibrahim selamat dari api yang membara.
Nabi Ibrahim berdo’a memohon pertolongan kepada Allah hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal maula wani’man nashir.
Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.
seketika itu, Allah pun memberikan pertolongan seperti surat al -Anbiya’ ayat 69, wahai angin, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim.
Keselamatan Nabi Ibrahim menunjukkan keajaiban dan kekuasaan Tuhan untuk hamba-Nya yang setia.
Akhir cerita, Namrud yang tragis menggambarkan ironi kekuasaan dan kesombongan manusia yang berakhir dengan kehancuran.
Sebuah hikmah yang dalam bahwa kebenaran dan keadilan akan selalu memenangkan segala bentuk kejahatan dan kezaliman.
Dengan demikian, Pagelaran Operet Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pesan moral pada penonton.
Melalui peran-peran yang dimainkan dengan penuh dedikasi oleh murid-murid TK ABA V, cerita ini berhasil menyentuh hati para penonton, menginspirasi untuk berpikir tentang nilai-nilai kebenaran dan keteguhan dalam keyakinan.
Kontributor: Siti Umaimah
Editor: Zahra Putri Pratiwig